Bayang di Balik Cermin

Ilustrasi sebuah cermin.
(Sumber gambar: freepik.com)

Gufran menatap cermin tua di kamarnya dengan jantung berdegup kencang. Di tangannya, sehelai surat dari ayahnya yang sudah meninggal tiga tahun lalu tergenggam erat, penuh noda air mata yang sudah mengering. Surat itu baru ia temukan malam ini, terselip di antara tumpukan buku-buku tua di gudang, dan isinya membuat darahnya berdesir: "Gufran, jika kau membaca ini, artinya aku sudah tiada. Tapi ketahuilah, kematianku bukan kecelakaan. Carilah kebenaran, dan jangan percaya pada siapa pun." Di sudut cermin, bayangan samar bergerak, meski Gufran yakin ia berdiri sendirian. Tiba-tiba, suara bisikan halus terdengar dari arah cermin, memanggil namanya dengan nada yang terlalu familiar untuk diabaikan.

***

Gufran adalah mahasiswa semester akhir di sebuah universitas di Yogyakarta. Ia kehilangan kedua orang tuanya dalam kecelakaan mobil yang misterius tiga tahun lalu, tepat saat ayahnya, seorang jurnalis, sedang menyelidiki kasus korupsi besar yang melibatkan pejabat tinggi. Sejak itu, Gufran hidup dengan rasa bersalah karena tak sempat mengucapkan selamat tinggal, dan kini, surat itu membukakan luka lama sekaligus menyalakan api di hatinya. Ia harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Malam itu, setelah menemukan surat ayahnya, Gufran tak bisa tidur. Ia mengobrak-abrik gudang lagi dan menemukan sebuah buku tua berjudul Rahasia Berkomunikasi dengan Arwah. Sampulnya usang, tapi halaman-halaman di dalamnya penuh dengan catatan tangan ayahnya—petunjuk tentang ritual sederhana untuk memanggil arwah. Gufran  awalnya ragu, tapi rasa ingin tahunya mengalahkan logika. Ia menyalakan lilin, meletakkan cermin di depannya seperti yang diinstruksikan, dan melafalkan mantra yang tertera.

Ketika kata terakhir keluar dari mulutnya, angin dingin menyelinap masuk ke kamar, meski jendela tertutup rapat. Di cermin, bayangan ibunya muncul, wajahnya pucat tetapi penuh kasih. "Gufran, anakku," katanya dengan suara gemetar, "kematian kami bukan kecelakaan. Ayahmu terlalu dekat dengan kebenaran, dan mereka menghabisi kami." Gufran terpaku, air matanya jatuh tanpa suara. Ibunya melanjutkan, "Cari buku itu, dan gunakan kekuatannya untuk membalas dendam. Kami akan membantumu."

***

Keesokan harinya, Gufran kembali membaca buku tersebut dan menemukan bahwa ia bisa memanggil arwah lain dengan kemampuan khusus. Ia memulai perjalanan untuk mengumpulkan sekutu dari alam lain. Pertama, ia bertemu arwah Pak Dirman, seorang dukun tua yang meninggal dalam kesendirian. Pak Dirman bisa mengendalikan angin dan hujan, sebuah kekuatan yang ia pelajari dari bertapa di hutan selama puluhan tahun. "Aku akan membantumu, Nak," katanya, "tapi kau harus berjanji untuk membersihkan nama baikku yang difitnah sebagai penutup kasus korupsi."

Kemudian, Gufran bertemu arwah Mbak Sarah, seorang aktivis yang tewas dalam demonstrasi tahun 1998. Ia memiliki kemampuan untuk memengaruhi pikiran orang banyak, sebuah bakat yang ia gunakan untuk menyuarakan keadilan semasa hidupnya. "Aku ikut, Gufran," ujarnya, "tapi kau harus siap menghadapi konsekuensinya."

Di dunia nyata, Gufran mulai menyelami arsip-arsip lama ayahnya dan menemukan petunjuk tentang seorang pejabat bernama Pak Yono, yang diduga menjadi dalang di balik kematian orang tuanya. Namun, langkahnya tak luput dari perhatian. Ia mulai diikuti oleh pria-pria berpakaian hitam, dan ponselnya sering kali menangkap sinyal aneh. Gufran tahu ia dalam bahaya, tapi ia tak bisa mundur.

Di kampus, Gufran bertemu Nita, seorang teman sekelas yang ternyata juga bisa melihat arwah setelah kecelakaan kecil yang nyaris merenggut nyawanya setahun lalu. Nita awalnya takut, tapi setelah mendengar cerita Gufran, ia memutuskan untuk membantu. "Aku tak mau hidup dalam ketakutan lagi," katanya. Bersama, mereka menyusun rencana untuk mengungkap kebenaran.

Konflik semakin memanas ketika Gufran dan Nita menyusup ke kantor arsip pemerintah untuk mencari bukti. Dengan bantuan arwah Pak Dirman, mereka menciptakan kabut tebal untuk mengelabui penjaga. Namun, mereka nyaris tertangkap, dan Gufran terpaksa meninggalkan buku Rahasia Berkomunikasi dengan Arwah di sana. Kehilangan buku itu membuatnya panik, tapi arwah ibunya muncul di cermin malam itu, berkata, "Kau tak perlu buku lagi. Kekuatan itu sudah ada di dalam dirimu."

Sementara itu, hubungan Gufran dan Nita mulai diuji. Nita khawatir bahwa obsesi Gufran akan membawa mereka ke dalam bahaya yang lebih besar, sementara Gufran merasa Nita tak cukup percaya padanya. "Kau tak mengerti, Nita," bentak Gufran suatu malam, "ini bukan cuma soal aku, tapi soal keadilan untuk orang tuaku!" Nita menatapnya dengan mata berkaca-kaca, lalu berkata pelan, "Aku mengerti, tapi aku tak mau kehilanganmu."

Puncak konflik terjadi ketika Gufran mendapat informasi bahwa Pak Yono akan menghadiri acara publik di alun-alun. Ini adalah kesempatan sempurna untuk mengungkap kebenarannya. Dengan bantuan arwah-arwah, Gufran merencanakan serangan: Pak Dirman akan menciptakan angin kencang untuk mengacaukannya, Mbak Sarah akan memengaruhi pikiran penonton agar mendengarkan Gufran, dan arwah ayah-ibunya akan menampakkan diri sebagai bukti.

***

Malam itu, rencana dimulai. Angin menderu di alun-alun, membuat orang-orang panik. Gufran naik ke panggung, merebut mikrofon, dan berteriak, "Pak Yono adalah pembunuh! Dia membunuh orang tuaku untuk menutupi kasus korupsinya!" Suara Mbak Sarah menggema di pikiran penonton, membuat mereka diam dan mendengarkan. Tiba-tiba, bayangan ayah dan ibu Gufran muncul di udara, wajah mereka jelas terlihat oleh semua orang. Kerumunan bergemuruh, dan Pak Yono, yang panik, mencoba kabur.

Namun, kemenangan itu tak datang tanpa harga. Agen-agen pemerintah yang mengintai Gufran sejak lama menyerang. Dalam kekacauan itu, Nita terkena pukulan keras di kepala saat melindungi Gufran. Ia jatuh tak sadarkan diri, darah mengalir dari pelipisnya. Gufran berteriak, memeluknya erat, tapi arwah ibunya muncul lagi, berkata, "Kau harus selesaikan ini, Gufran. Untuk kami, untuk Nita."

Dengan hati hancur, Gufran menggunakan kekuatan yang kini ia kuasai sepenuhnya. Ia memanggil semua arwah yang pernah membantunya, dan bersama, mereka menciptakan ilusi besar: rekaman suara Pak Yono yang mengaku memesan pembunuhan orang tua Gufran menggema di seluruh alun-alun. Bukti itu tak bisa disangkal, dan kerumunan menangkap Pak Yono sebelum ia bisa melarikan diri.

Setelah kejadian itu, Pak Yono diadili dan dipenjara. Kebenaran terungkap, dan nama baik ayah Gufran dipulihkan. Tapi Nita tak pernah sadar dari komanya. Gufran duduk di samping ranjang rumah sakitnya setiap hari, memegang tangannya, berharap keajaiban. Arwah ibunya muncul di cermin kecil yang ia bawa, berkata, "Kau sudah melakukan yang terbaik, anakku. Sekarang, lanjutkan perjuangan kami."

Gufran menyadari bahwa perjuangan melawan korupsi tak berhenti di sini. Dengan kekuatan yang ia miliki, ia memutuskan untuk terus membantu mereka yang tertindas, menjaga ingatan orang tuanya dan Nita tetap hidup dalam setiap langkahnya. Di malam yang sunyi, ia menatap cermin, dan bayangan Nita tersenyum samar di sana, seolah berkata, "Aku bangga padamu."

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.