Sjahrir: Peran Besar Bung Kecil

 Sjahrir: Peran Besar Bung Kecil yang ditulis Tim Buku TEMPO.
(Sumber: goodreads.com)

Sutan Sjahrir, salah satu Bapak Bangsa Indonesia yang sering terlupakan, memainkan peran penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Buku Sjahrir: Peran Besar Bung Kecil yang ditulis Tim Buku TEMPO mengungkapkan perjalanan hidup dan pemikiran tokoh yang tidak hanya berperan dalam proklamasi kemerdekaan, tetapi juga dalam membangun fondasi negara melalui jalur diplomasi.

Sjahrir dan Proklamasi Kemerdekaan

Ketika berita kekalahan Jepang tersebar pada Agustus 1945, Sjahrir menjadi salah satu tokoh yang paling keras mendesak Sukarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Ia tidak ingin Indonesia merdeka sebagai hadiah dari Jepang, melainkan sebagai hasil perjuangan rakyatnya sendiri. Sikapnya yang berani bahkan membuatnya mengejek Sukarno dengan sebutan Man wijf!—ungkapan dalam bahasa Belanda yang berarti “lelaki banci.” Hal ini menunjukkan keberanian dan ketegasan Sjahrir dalam menghadapi situasi politik yang genting.

Sjahrir dan Jalur Diplomasi

Berbeda dengan banyak tokoh pergerakan lainnya yang menempuh jalur perjuangan bersenjata, Sjahrir memilih diplomasi sebagai senjata utamanya. Ia percaya bahwa pengakuan internasional terhadap kemerdekaan Indonesia lebih penting daripada sekadar kemenangan militer. Kebijakan-kebijakan kabinetnya, seperti Perjanjian Linggarjati, Renville, dan Konferensi Meja Bundar, sering dikritik sebagai langkah kompromi. Namun, tanpa strategi diplomasi Sjahrir, mungkin Indonesia akan lebih lama mendapat pengakuan sebagai negara merdeka.

Sjahrir, Hatta, dan Sukarno: Persahabatan dan Perbedaan

Buku ini juga memperlihatkan dinamika hubungan antara Sjahrir, Hatta, dan Sukarno. Ketiganya adalah tokoh besar dengan pandangan yang berbeda. Sjahrir dan Hatta pernah berbagi pengalaman di Belanda, dan keduanya memiliki pemikiran yang lebih rasional serta berpijak pada prinsip sosial-demokrasi. Sjahrir sendiri tidak memihak ideologi kiri maupun kanan, tetapi lebih menekankan pentingnya kebebasan individu dan kesejahteraan rakyat. Namun, hubungannya dengan Sukarno sering penuh dengan ketegangan, terutama setelah kemerdekaan, ketika kebijakan mereka semakin bertentangan.

Warisan Pemikiran Sjahrir

Sjahrir adalah seorang intelektual yang tidak hanya berpikir tentang politik praktis, tetapi juga visi jangka panjang untuk Indonesia. Ia menginginkan negara yang demokratis, berkeadilan sosial, dan tidak bergantung pada satu ideologi tertentu. Sayangnya, perbedaan pandangan dengan Sukarno membuatnya berakhir sebagai tahanan politik hingga akhir hayatnya.

Meskipun demikian, pemikirannya tetap hidup. Jejak Sjahrir tidak hanya dikenang dalam sejarah Indonesia tetapi juga di luar negeri, seperti melalui nama Sjahrirstraat di Leiden, Belanda. Pengakuan ini menunjukkan bahwa pemikirannya memiliki dampak yang jauh lebih luas daripada sekadar dinamika politik domestik Indonesia.

***

Buku Sjahrir: Peran Besar Bung Kecil memberikan perspektif lebih luas tentang peran Sjahrir. Ia bukan sekadar “Bung Kecil,” melainkan pemikir besar yang memilih jalan yang berbeda dalam perjuangan kemerdekaan. Keberanian, intelektualitas, dan strateginya dalam diplomasi membuatnya layak diakui sebagai salah satu pemimpin penting dalam sejarah Indonesia. Walaupun sering terpinggirkan dalam narasi sejarah utama, warisan pemikirannya tetap relevan bagi perjalanan demokrasi Indonesia sampai hari ini.

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.