Sebab Kita Semua Gila Seks karya Ester Pandiangan.
Seks, sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia, kerap menjadi topik yang diselimuti tabu di banyak budaya, termasuk di Indonesia. Buku Sebab Kita Semua Gila Seks yang ditulis Ester Pandiangan hadir untuk membongkar stigma tersebut dengan gaya tulisan yang santai dan penuh kejujuran. Melalui buku ini, Ester mengajak pembaca untuk mendekonstruksi cara pandang terhadap seks sebagai sesuatu yang kotor atau memalukan, dan mulai melihatnya sebagai bagian alami dan sakral dari kehidupan manusia.
Antara Pemuasan Nafsu dan Dimensi Sakral
Ester dengan lugas menyoroti bagaimana masyarakat cenderung lebih akrab dengan istilah seperti oral sex atau threesome ketimbang memahami istilah medis seperti herpes simplex atau smegma. Hal ini mencerminkan ketidakseimbangan antara konsumsi informasi seksual yang berbasis hiburan dengan kebutuhan tentang pemahaman mendalam mengenai kesehatan seksual. Seks, yang sejatinya merupakan aktivitas biologis yang penting bagi keberlanjutan hidup manusia, sering direduksi menjadi sekadar aktivitas pemuasan nafsu.
Buku ini menekankan pentingnya memaknai seks lebih dari sekadar pertemuan fisik. Seks juga merupakan bentuk hubungan manusia yang melibatkan keintiman emosional dan spiritual. Namun, di tengah masyarakat yang menabukan pembicaraan tentang seks, pemahaman ini sering terabaikan, sehingga pengetahuan tentang seks yang sehat dan bertanggung jawab menjadi sedikit.
Tabu Seks dan Pengaruhnya terhadap Pendidikan Seksual
Tabu terhadap seks sering diperkuat oleh teks-teks agama dan norma adat yang mengatur bagaimana seks seharusnya dibicarakan atau bahkan tidak dibicarakan sama sekali. Akibatnya, banyak orang, terutama generasi muda, harus mencari informasi sendiri tentang seksualitas melalui sumber-sumber yang belum tentu akurat atau aman. Dalam pengalaman pribadi yang diceritakan Ester, membicarakan seks di lingkungan keluarga hampir mustahil dilakukan. Hal ini mengakibatkan kesenjangan pengetahuan seksual di kalangan remaja, yang jika dibiarkan, dapat menimbulkan konsekuensi serius, seperti penyebaran Infeksi Menular Seksual (IMS).
Ester dengan cerdas menunjukkan ironi masyarakat yang menabukan seks, tetapi di saat yang sama mempraktikkannya tanpa panduan atau pemahaman yang memadai. Salah satu contoh yang diangkat dalam buku ini adalah perilaku seksual tanpa proteksi melalui aplikasi kencan. Ketika seks dilakukan tanpa kesadaran tentang kebersihan dan kesehatan, risiko terkena IMS menjadi tinggi. Ini menegaskan perlunya edukasi seksual yang mendalam untuk membekali individu dengan pengetahuan tentang hubungan seksual yang aman dan sehat.
Menormalkan Perbincangan Seks secara Seimbang
Salah satu poin utama dalam buku ini adalah ajakan untuk menormalkan pembicaraan tentang seks. Ester berpendapat bahwa membicarakan seks seharusnya sama wajar dengan membahas kopi atau rokok—tidak berlebihan, tetapi juga tidak menghindarinya sama sekali. Dengan gaya bahasa sehari-hari dan mudah dipahami, ia berhasil membuka ruang diskusi yang lebih santai tetapi tetap informatif.
Sebagai pembaca, kita diingatkan bahwa seks bukanlah sesuatu yang harus disembunyikan atau ditabukan, melainkan harus dipahami secara utuh sebagai bagian dari kehidupan. Dalam konteks ini, normalisasi pembicaraan seks bukan berarti mengumbar kehidupan pribadi, tetapi lebih kepada memberikan ruang bagi edukasi dan diskusi yang sehat tentang seksualitas, kesehatan reproduksi, dan hubungan antar manusia.
***
Buku Sebab Kita Semua Gila Seks berhasil menyoroti dilema besar masyarakat modern dalam menghadapi seks: di satu sisi menikmatinya, tetapi di sisi lain menabukannya. Ester memberikan perspektif baru tentang pentingnya pendidikan seksual yang inklusif dan normalisasi pembicaraan seks untuk membangun generasi yang lebih bertanggung jawab secara seksual.
Membaca buku ini tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi juga memberikan refleksi mendalam bagi kita sebagai individu. Sebagai orang tua, pendidik, atau anggota masyarakat, sudah seharusnya kita membuka ruang diskusi yang sehat tentang seks, agar generasi berikutnya tidak lagi terjebak dalam kebingungan atau risiko akibat kurangnya pengetahuan. Seks bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, melainkan dipahami dengan baik demi kehidupan yang lebih sehat dan harmonis.