Melihat Pengarang Tidak Bekerja karya Mahfud Ikhwan adalah buku kumpulan esai yang berisi refleksi, pengalaman, dan curahan hati seorang penulis. Ia membahas banyak aspek kehidupan seseorang yang berkecimpung di dunia kepenulisan—mulai dari kebiasaan menunda-nunda pekerjaan, tantangan menulis dalam bahasa Indonesia bagi penulis bahasa daerah, sampai bagaimana profesi penulis sering dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Dengan gaya jenaka dan mendalam, ia mengajak pembaca untuk merenungi berbagai dinamika kehidupan seorang penulis.
Penundaan sebagai Bagian dari Proses
Ilustrasi seseorang yang suka menunda pekerjaannya.
(Sumber: freepik.com)
Esai yang menjadi judul buku ini menggambarkan perjuangan Mahfud untuk melawan kebiasaan menunda pekerjaan menulis. Dalam kesehariannya, ia mendapati berbagai gangguan yang membuat pekerjaannya tertunda: rebahan, menonton video, menyeduh kopi, hingga aktivitas remeh-temeh lainnya. Namun, alih-alih menjadi kritik, cerita ini terasa seperti cermin bagi banyak pembaca, terutama mereka yang juga berjuang melawan prokrastinasi.
Penundaan yang digambarkan Mahfud tidak hanya menjadi penghalang, tetapi juga sumber inspirasi. Ia menyadari bahwa pengarang adalah manusia biasa yang tak luput dari gangguan sehari-hari. Justru dalam cerita tentang penundaan ini, ia memperlihatkan sisi kemanusiaan seorang penulis yang sering dianggap sebagai profesi “mulia” atau “intelektual”.
Tantangan Menulis dalam Bahasa Indonesia
Ilustrasi keragaman budaya Indonesia.
(Sumber: freepik.com)
Sebagai penulis yang berasal dari daerah dan akrab dengan bahasa Jawa sejak kecil, Mahfud menceritakan betapa sulitnya beradaptasi menulis dalam bahasa Indonesia. Proses belajarnya bermula dari drama radio dan pengalaman membaca. Ia mengungkapkan bahwa bahasa yang ia gunakan dalam tulisan banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan latar belakangnya.
Hal ini menunjukkan bagaimana bahasa, sebagai medium, memiliki hubungan yang erat dengan identitas budaya. Mahfud mengingatkan bahwa tulisan yang baik tidak hanya soal keterampilan bahasa, melainkan juga bagaimana penulis membawa warna dan suara dari latar belakangnya ke dalam karyanya.
Pengarang dan Pandangan Masyarakat
Ilustrasi pegawai kantoran yang sering dianggap sebagai salah satu pekerjaan yang terlihat oleh masyarakat.
(Sumber: freepik.com)
Salah satu isu utama yang dibahas dalam buku ini adalah pandangan masyarakat terhadap profesi pengarang. Mahfud mengungkapkan bahwa pengarang sering dianggap “tidak bekerja” karena aktivitasnya yang tidak terlihat secara langsung. Tidak seperti pekerjaan kantor atau profesi formal lainnya, pekerjaan pengarang cenderung dilakukan di ruang privat dan tidak selalu menghasilkan sesuatu yang kasat mata.
Meskipun begitu, Mahfud tidak berhenti pada kritik. Ia juga mengajak pembaca untuk merefleksikan definisi “kerja”. Dalam dunia yang cenderung mengukur produktivitas dengan hasil konkret dan waktu kerja yang terukur, ia memberikan perspektif lain: bekerja tidak selalu berarti berada di depan layar komputer/laptop dengan hasil yang langsung tampak. Bekerja adalah proses kreatif yang sering kali memerlukan waktu, refleksi, dan kesabaran.
Nikmat Menulis dan Kenikmatan Menjadi Penulis
Ilustrasi seorang pengarang yang sedang menuangkan pikirannya.
(Sumber: freepik.com)
Dalam salah satu esainya, Mahfud menegaskan bahwa nikmat terbesar seorang penulis adalah masih bisa menulis. Pernyataan ini sederhana tetapi penuh makna, terutama bagi mereka yang pernah mengalami kebuntuan kreatif atau kehilangan motivasi. Menulis, bagi Mahfud, adalah panggilan jiwa, bukan sekadar profesi. Ia mengakui bahwa tantangan terbesar penulis adalah terus menulis meski tanpa jaminan finansial atau ketenaran.
Pandangan ini menginspirasi pembaca untuk melihat bahwa menulis bukan hanya sebagai pekerjaan, tetapi juga sebagai bentuk ekspresi diri. Dalam dunia yang sering menghargai hasil lebih dari proses, Mahfud mengingatkan bahwa proses kreatif itu sendiri adalah sebuah perjalanan yang berharga.
Sastra sebagai Ruang Luas untuk Berpikir
Ilustrasi buku sastra.
(Sumber: freepik.com)
Salah satu hal menarik dalam buku ini adalah cara Mahfud menjawab pertanyaan tentang apa itu sastra. Dengan meminjam berbagai sudut pandang dari tradisi sastra dunia, ia menunjukkan bahwa sastra tidak memiliki definisi tunggal. Setiap budaya memiliki cerita dan nilai yang membentuk esensi sastranya.
Dengan cara ini, Mahfud memberikan ruang kepada pembaca untuk merenungi sendiri makna sastra dan hubungannya dengan kehidupan. Sastra, seperti yang ia gambarkan, adalah medium yang memungkinkan manusia untuk menjelajahi ide, perasaan, dan pengalaman tanpa batas.
***
Melihat Pengarang Tidak Bekerja adalah buku yang menggabungkan humor, refleksi, dan pengetahuan tentang dunia kepenulisan. Mahfud Ikhwan tidak hanya berbagi pengalamannya, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenungi tantangan dan keseruan dalam menjadi seorang pengarang. Selain itu, dengan gaya bercerita yang jujur dan santai, Mahfud mengajak kita untuk melihat pengarang tidak hanya sebagai profesi, melainkan sebagai cara hidup yang berharga.