Buku Kopi: Aroma, Rasa, Cerita oleh Tempo.
(Sumber: goodreads.com)
Buku Kopi: Aroma, Rasa, Cerita yang diterbitkan oleh Tempo, mengajak pembaca menyelami perjalanan panjang kopi di Nusantara, mulai dari komoditas perdagangan kolonial sampai menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup modern. Buku ini tidak hanya mengisahkan sejarah kopi di Indonesia, melainkan juga menggambarkan perubahan nilai budaya, ekonomi, dan sosial yang menyertai perjalanan tersebut.
Dari Kolonialisme ke Dominasi Pasar Dunia
Sejarah kopi di Indonesia dimulai pada 1696, ketika Belanda pertama kali memperkenalkan biji kopi arabika di Jawa. Lima belas tahun kemudian, ekspor perdana 400 kilogram kopi dari Cianjur ke Amsterdam memicu revolusi harga di pasar Eropa, menjadikan Java Coffee sebagai salah satu kopi paling diminati pada masanya. Popularitas kopi Jawa menandai awal dari peran Nusantara sebagai pemain utama dalam perdagangan kopi global.
Namun, kejayaan kopi arabika tidak bertahan lama. Pada akhir abad ke-19, penyakit karat daun (Hemileia vastatrix) menghancurkan sebagian besar tanaman kopi arabika, menggiring kolonial Belanda untuk memperkenalkan varietas robusta pada 1900-an. Karena lebih tahan terhadap penyakit dan memiliki hasil panen yang lebih tinggi, robusta kini mendominasi 73 persen produksi kopi Indonesia.
Kopi dalam Gelombang Baru Budaya
Sepuluh tahun terakhir, Indonesia mengalami kebangkitan budaya kopi. Kafe menjamur di kota-kota besar, membawa kopi dari sekadar kebutuhan menjadi simbol gaya hidup. Para penikmat kopi tak lagi puas dengan kopi instan atau kopi mesin. Sebaliknya, mereka mencari pengalaman baru melalui metode penyeduhan manual (manual brew), kopi single origin, dan keunikan rasa specialty coffee. Buku ini menggambarkan bagaimana kopi tidak hanya diminum, tetapi juga dihargai sebagai seni dan warisan budaya.
Permintaan Arabika yang Meningkat
Dengan meningkatnya konsumsi kopi domestik hingga 8 persen per tahun, varietas arabika kembali menjadi primadona. Petani kopi di berbagai wilayah—dari Gayo, Lintong, hingga Toraja dan Wamena—berjuang memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat. Fenomena ini juga memperlihatkan perubahan sikap konsumen yang semakin menghargai kualitas kopi, menempatkan Indonesia sebagai pemain penting dalam "gelombang ketiga kopi" di dunia.
Peran Kedai Kopi dan Barista
Selain membahas perjalanan kopi dari kebun hingga cangkir, buku ini juga menyoroti strategi para pengusaha kedai kopi dalam menarik pelanggan. Barista menjadi garda terdepan, bukan hanya menyajikan kopi, tetapi juga memberikan edukasi kepada pelanggan tentang asal-usul dan karakteristik kopi yang mereka minum. Dialog antara barista dan pelanggan menunjukkan betapa dalamnya keterlibatan masyarakat modern dengan kopi, menjadikannya tidak sekadar minuman, melainkan medium pembelajaran dan eksplorasi rasa.
***
Buku Kopi: Aroma, Rasa, Cerita berhasil menghubungkan titik-titik penting dalam perjalanan kopi di Indonesia, mulai dari sejarah kolonial sampai era modern. Ia menyuguhkan gambaran lengkap tentang bagaimana kopi telah menjadi bagian integral dari identitas budaya dan ekonomi Indonesia. Dari buku ini, pembaca tidak hanya mendapatkan wawasan tentang sejarah kopi, tetapi juga memahami bagaimana secangkir kopi bisa membawa cerita panjang tentang kerja keras petani, kreativitas pengusaha, dan selera konsumen yang terus berkembang.
Kopi, dalam segala aroma dan rasanya, adalah cerminan perjalanan bangsa. Di balik secangkir kopi, ada jejak sejarah, dinamika pasar, dan transformasi budaya yang terus bergerak. Dengan demikian, menikmati kopi sejatinya adalah menghargai perjalanan panjang yang membawanya ke meja kita hari ini.