Stadion Etihad yang menjadi kandang Manchester City.
(Sumber: nytimes.com)
Kekalahan lima pertandingan berturut-turut yang dialami Manchester City menjadi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi Pep Guardiola, seorang manajer yang sering dianggap sebagai salah satu ahli taktik terbaik dalam dunia sepak bola. Rentetan kekalahan ini disebabkan oleh kombinasi cedera, pemain kunci yang tampil di bawah ekspektasi, kelemahan taktis, dan kelelahan dalam skuad. Meskipun beberapa masalah terlihat bersifat situasional, yang lainnya mengungkapkan tantangan struktural yang lebih mendalam dan dapat memengaruhi sisa musim mereka.
Krisis Cedera
Rodri mengalami cedera dan dibantu oleh tim medis untuk keluar lapangan.
(Sumber: bbc.com)
Cedera telah menghancurkan tim inti Manchester City, dengan pemain-pemain kunci seperti Rodri, Kevin De Bruyne, Ruben Dias, dan John Stones yang absen. Ketidakhadiran Rodri sangat berdampak signifikan karena ia merupakan pemain yang mungkin paling tak tergantikan dalam tim. Tanpa Rodri, lini tengah City kehilangan soliditas pertahanan dan kontrol tempo yang sangat penting dalam sistem Guardiola.
Pemulihan De Bruyne yang lambat dari cedera hamstring dan masalah kebugaran Stones yang berulang semakin memperburuk keadaan, menciptakan kekosongan dalam kreativitas dan kekompakan pertahanan.
Ketidakhadiran pemain-pemain ini juga memaksa pemain lain, seperti Nathan Ake dan Manuel Akanji, untuk bermain meski sedang mengalami masalah kebugaran, yang memperburuk performa keseluruhan tim.
Serangan yang Kurang Tajam
Haaland sedang menendang bola untuk mencetak gol.
(Sumber: telegraph.co.uk)
Efektivitas serangan Manchester City telah menurun secara signifikan. Walaupun Erling Haaland memulai musim dengan mencetak banyak gol, performanya menurun sejak cedera Rodri. Masalah ini diperburuk oleh kurangnya kontribusi gol dari pemain lain. Pemain seperti Ilkay Gundogan, Phil Foden, dan Jack Grealish, yang sangat penting di musim-musim sebelumnya, gagal memberikan kontribusi gol yang konsisten di musim ini. Grealish, yang diharapkan bermain dengan baik, terganggu oleh cedera, sementara Gundogan kesulitan beradaptasi sejak kembali dari Barcelona.
Pemain sayap seperti Savinho dan Jeremy Doku menunjukkan potensi, tetapi belum konsisten dalam memanfaatkan peluang. Ketidakmampuan memanfaatkan peluang ini semakin memperbesar kesulitan Manchester City untuk bangkit dari kesalahan pertahanan, mengubah pertandingan yang seharusnya imbang menjadi kekalahan.
Kerentanan Pertahanan dan Ketidakseimbangan Taktis
Empat pemain yang bertugas sebagai bek tengah Manchester City.
(Sumber: nytimes.com)
Kerentanan pertahanan City menjadi masalah krusial lainnya. Cedera pada Ruben Dias dan John Stones membuat lini belakang mudah diserang, sementara masalah kebugaran Kyle Walker membatasi pilihan rotasi. Tim kesulitan mempertahankan ciri khas mereka dalam memenangkan duel dan bola kedua, yang menyebabkan kerentanan terhadap serangan balik. Pertandingan melawan Bournemouth, Brighton, dan Sporting CP menyoroti masalah ini, ketika lawan memanfaatkan kurangnya koordinasi pertahanan Manchester City.
Rico Lewis dan Mateo Kovacic, meskipun dapat diandalkan secara kemampuan, tidak dapat menggantikan pentingnya peran Rodri. Kelemahan mereka dalam duel fisik membuat lini tengah Manchester City mudah ditembus, sehingga membebani pertahanan.
Penyesuaian Taktis yang Terbatas dan Berisiko
Pep Guardiola terlihat tidak puas terhadap performa Manchester City dari pinggir lapangan.
(Sumber: football365.com)
Penyesuaian taktis Guardiola terbatas oleh krisis cedera dan penurunan performa pemain kunci. Pemain seperti Matheus Nunes, yang menunjukkan potensi dalam beberapa pertandingan terakhir, belum sepenuhnya dipercaya untuk mengisi kekosongan di lini tengah. Sementara itu, keputusan untuk mengontrak kembali Gundogan, mungkin telah mencegah Manchester City mengejar gelandang yang lebih muda dan dinamis di bursa transfer musim panas ini.
Sistem pressing tinggi Guardiola, yang menjadi dasar kesuksesannya selama ini, menjadi kurang efektif karena masalah kebugaran dan perubahan pemain. Efeknya, Manchester City kesulitan merebut kembali penguasaan bola pada momen-momen krusial, sehingga membuat mereka rentan terhadap lawan yang memanfaatkan kesempatan untuk mencetak gol.
Kelelahan dan Jadwal yang Padat
Jadwal yang padat juga memainkan peran. Guardiola mengeluhkan kurangnya waktu pemulihan dibandingkan dengan tim lain, seperti Brighton dan Bournemouth, yang memiliki lebih sedikit pertandingan untuk diatur. Jadwal yang padat ini memperbesar dampak fisik pada pemain dan membatasi peluang latihan untuk memperbaiki kekurangan taktis.
Proses Menuju Pemulihan
Walaupun tantangannya berat, ada harapan untuk perbaikan. Kembalinya pemain-pemain kunci seperti De Bruyne dan Dias bisa menstabilkan tim, sementara bursa transfer Januari mendatang memberikan peluang untuk memperbaiki kekurangan fisik di lini tengah. Selain itu, mencoba pemain seperti Grealish dan Nunes ke dalam peran yang konsisten dapat mengurangi kesulitan untuk menyerang.
Supaya bisa kembali mendominasi, Manchester City juga harus mampu menemukan kembali intensitas kolektif mereka. Rekam jejak Guardiola untuk berinovasi dan beradaptasi menunjukkan bahwa ia mampu menghadapi krisis ini, asalkan tim dapat tetap bebas dari cedera parah di masa depan.
***
Kekalahan lima pertandingan berturut-turut yang dialami Manchester City merupakan kombinasi kompleks dari cedera, performa yang kurang optimal, dan tantangan taktis. Meskipun masalah ini serius, hal tersebut kemungkinan besar mampu diatasi. Kemampuan Guardiola untuk menciptakan taktik yang mumpuni serta mengembalikan mental pemain akan menjadi kunci untuk membalikkan keadaan ini dan memastikan Manchester City tetap menjadi tim yang mampu berkompetisi di Inggris maupun Eropa.