Ketika Manusia Lebih Menyeramkan Daripada Zombi


Pada 2016 lalu, pertama kali saya menonton serial televisi The Walking Dead atas rekomendasi salah satu teman kuliah saya. Namun, saya hanya menontonnya sampai musim kelima karena malas melanjutkan. Lantas, baru pada 2023 saya bisa mendapatkan akses versi komiknya via Kindle dan langsung menamatkannya.

Untuk yang versi komik, The Walking Dead merupakan karya dari Robert Kirkman dan Tony Moore, pertama kali dirilis oleh Image Comics pada 2003. Serial ini telah berkembang menjadi budaya populer dan melahirkan adaptasi televisi yang sudah sedikit saya bahas di atas, serta memiliki banyak penggemar di seluruh dunia. Cerita inti dari komik ini bukan hanya menyoroti tentang cara bertahan hidup dalam menghadapi serangan zombi pasca-apokaliptik, melainkan juga eksplorasi mendalam tentang sifat manusia, membentuk komunitas baru, dan dilema moral yang muncul ketika peradaban dunia menjadi hukum rimba; siapa yang paling kuat, merekalah yang akan tetap hidup.

Awal cerita

Rick Grimes terbangun dari koma dan mulai menyadari bahwa di rumah sakit tidak terlihat satu pun manusia.
(Sumber: The Walking Dead vol. 01)

Kisahnya dimulai melalui karakter Rick Grimes, seorang sheriff asal Kentucky yang terbangun dari koma dan menemukan dunia yang ia tinggali telah dikuasai zombi, atau disebut "mayat berjalan". Saat menyadari bahwa ia sendirian di rumah sakit, ia pun mulai mencari keluarganya dan berhasil bertemu dengan para penyintas lainnya. Dari pertemuan tersebut, Rick harus beradaptasi dengan kompleksitas perilaku manusia ketika mereka berada di kondisi kekhawatiran yang mendalam. Para zombi, meskipun selalu menjadi ancaman, malah lebih berfungsi sebagai latar belakang dari konflik utama di komik ini, yaitu bagaimana para tokohnya berinteraksi dan menyelesaikan masalah antarsesama manusia, serta perkembangan psikologis yang terjadi ketika menghadapi konflik yang tiba-tiba terjadi. Pergeseran dari konflik eksternal (zombi) ke internal (manusia) adalah salah satu elemen yang membedakan The Walking Dead dari cerita zombi yang pernah saya ketahui sebelumnya.

Sifat manusia di tengah tekanan

Manusia ketika dihadapkan pada perubahan situasi yang penuh tekanan, seringkali tidak akan bisa berpikir jernih dan penuh pertimbangan, kemudian bereaksi berdasarkan insting binatangnya. Kisah dari serial The Walking Dead, saya pikir, secara konsisten mengajukan pertanyaan: 

"Apa yang akan kau lakukan supaya tetap bertahan hidup di tengah kepungan zombi?"

Lantas, para karakternya sering ditempatkan ke dalam situasi yang penuh pertimbangan moral di mana mereka harus memilih antara yang benar atau yang terpenting untuk dilakukan. Hal ini jadi mengarah kepada aksi-aksi yang tidak terpikirkan di dunia pra-apokaliptik, tetapi menjadi hal yang dapat dimaklumi—atau bahkan diwajibkan—sebagai usaha dalam bertahan hidup.

Pertama kali Rick menembak manusia yang dirasa mengganggu supaya kelompoknya tetap aman.
(Sumber: The Walking Dead vol. 04)

Sebagai contoh, Rick Grimes yang awalnya adalah seorang sheriff yang berprinsip mengedepankan hukum sipil yang berlaku, seiring berjalannya waktu ia berubah menjadi pemimpin yang bersedia mengambil keputusan brutal, seperti membunuh manusia lain, demi melindungi kelompoknya. Perkembangan karakter Rick menonjolkan tentang relativisme moral; ketika moral atau etika yang kita anut bisa berubah bergantung pada situasi yang sedang terjadi. Ketidakstabilan ini membuat para pembaca supaya mempertimbangkan kembali nilai-nilai dan keyakinan kita tentang tindakan yang benar dan salah.

Kerusakan dan persatuan masyarakat

The Walking Dead juga menampilkan kritik terhadap struktur masyarakat ketika peradaban mulai hancur. Saat para penyintas bersatu untuk membentuk komunitas baru, mereka berusaha untuk menciptakan kembali aspek-aspek masyarakat yang telah hilang. Meskipun begitu, usaha-usaha ini seringkali mengungkap kelemahan dan ketidakadilan yang ada di dunia pra-apokaliptik. Contohnya seperti dua komunitas yang berbeda akan memperebutkan wilayah kekuasaan akibat sumber daya yang semakin menipis serta perbedaan ideologi yang sering menimbulkan konflik, sehingga mencerminkan masalah sosial yang lebih besar daripada harus membasmi zombi.

Sosok Governor (rambut hitam panjang seleher) muncul pertama kali untuk menyambut Rick dkk.
(Sumber: The Walking Dead vol. 05)

Negan dengan ciri khasnya memegang pemukul kasti berduri, bertemu dengan kelompok Rick untuk pertama kalinya.
(Sumber: The Walking Dead vol. 17)

Serial ini menggambarkan bahwa bahkan saat kondisi dunia sedang amburadul akibat zombi bermunculan, ancaman terbesar justru datang dari manusia itu sendiri (internal). Tokoh seperti Governor dan Negan, yang muncul sebagai antagonis, adalah manusia yang terobsesi kepada kekuasaan sehingga mereka dan kelompoknya merasa paling kuat untuk bersikap semena-mena kepada kelompok lain yang dirasa lebih lemah, salah satunya adalah kelompok Rick. Dua tokoh tersebut menjadi pengingat bahwa batas antara keteraturan dan kekacauan sangatlah tipis, serta menggambarkan situasi ketika kepemimpinan dan pemerintahan bisa dengan mudah menjadi tirani jika tidak ada peraturan dan standar etika yang diterapkan.

Peran dari komunitas dan hubungan antarmanusia

Terlepas dari ketegangan dan situasi menyeramkan yang menyelimuti The Walking Dead, serial ini juga menekankan pentingnya komunitas dan hubungan antarmanusia. Ikatan yang dibentuk antartokohnya memberikan perasaan saling memiliki serta alasan untuk terus berjuang. Dinamika hubungan—baik kekeluargaan, romantis, dan platonis—menambah kedalaman cerita dan menekankan gagasan bahwa dalam keadaan paling buruk sekalipun, cinta, kesetiaan, dan persahabatan tetap bertahan.

Glenn melamar Maggie di penjara di mana mereka mengungsi akibat serbuan zombi.
(Sumber: The Walking Dead vol. 06)

Dua tokoh seperti Glenn dan Maggie, yang hubungan romantisnya terbentuk di tengah kekacauan, menggambarkan situasi tandingan terhadap elemen brutal yang disajikan, menunjukkan bahwa harapan tentang kehidupan yang harmonis itu masih ada. Hubungan mereka berdua, bersama dengan tokoh-tokoh lain, dapat diartikan bahwa manusia memiliki sifat bawaan untuk membentuk ikatan yang bermakna, sehingga dapat menjadi kekuatan bagi kelangsungan hidup dan penyembuhan psikologis.

***

The Walking Dead karya Robert Kirkman dan Tony Moore lebih dari sekadar komik yang menceritakan tentang cara bertahan hidup melawan para zombi, melainkan juga eksplorasi mendalam tentang sisi psikologis terdalam manusia, pertimbangan moral, dan membentuk komunitas baru. Melalui tokoh-tokohnya yang kompleks dan jalan cerita yang sulit ditebak, serial ini menantang pembacanya supaya merenungi makna menjadi manusia dalam menghadapi bencana yang tidak terbayangkan sebelumnya. Dari masalah tersebut, muncullah sisi-sisi yang menampilkan rapuhnya peradaban, kompleksitas moral dalam bertahan hidup, dan kekuatan hubungan antarmanusia untuk saling bekerja sama. Dengan demikian, The Walking Dead bisa dikatan menjadi karya kritis dalam dunia fiksi pasca-apokaliptik yang menampilkan isu-isu penting tentang kondisi manusia.

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.