Sumber gambar: goodreads.com
Buku Di Balik Investigasi Tempo 01 yang saya baca di iPusnas ini membuat saya memahami bagaimana jurnalis investigasi bekerja. Sebab, dalam melaporkan sebuah kasus yang rapi ditutupi pihak-pihak yang lebih kuat, memang tidak mudah untuk diungkap. Harus ada keberanian dan cara-cara tersendiri supaya bisa mendapat informasi yang lebih mendalam.
Ada lima kasus yang menjadi laporan di buku ini:
Pertama, Budak Indonesia di Kapal Taiwan yang merupakan penyelidikan atas kematian sadis dari salah satu ABK Indonesia yang ternyata dianiaya kapten dan beberapa anak buah kapal Taiwan. Jurnalis Tempo bekerja sama dengan jurnalis Taiwan untuk membongkar kasus ini yang awalnya dianggap selesai karena kecelakaan kerja, padahal banyak pihak yang bertanggung jawab.
Kedua, Jejak Suap Resep Obat adalah kasus yang menyeret ribuan dokter karena diduga mendapatkan gratifikasi dari perusahaan farmasi. Dari penelusuran jurnalis Tempo, didapatkan bukti dari kwitansi dengan pembayaran menggunakan kode rahasia kepada ribuan oknum dokter yang setuju menggunakan obat-obatan dari PT Interbat. Hasil gratifikasi tersebut banyak macamnya, seperti dipakai untuk membiayai si oknum dokter naik haji, berjalan-jalan ke luar negeri, membeli mobil baru, dll. Akibatnya, para oknum dokter akan sering meresepkan obat-obatan dari perusahaan farmasi tersebut, padahal si pasien sebenarnya tidak membutuhkan itu.
Ketiga, Pejabat di Puncak, Banjir di Jakarta merupakan investigasi Tempo terhadap banyaknya vila di daerah Bogor yang ternyata menyalahi aturan dan merusak alam. Orang-orang yang bisa membangun vila di sana, ternyata kebanyakan para pejabat yang tidak tersentuh hukum. Selain itu, peran makelar tanah juga turut serta dalam penyelewengan batas-batas tanah yang seharusnya tidak boleh dijadikan bangunan. Karena jika pembangunan dijalankan, efeknya adalah banjir di Jakarta yang semakin meluap.
Keempat, Lambang dalam Pusaran Mafia Purbakala. Kasus ini terjadi pada awal 2008 yang menewaskan seorang arkeolog dan aktivis perlindungan benda cagar budaya di Indonesia. Setelah ia masuk terlalu dalam untuk menyelidiki benda-benda bersejarah di salah satu museum di Yogyakarta, ia menemukan ternyata banyak yang palsu di sana. Yang menjadi sorotan adalah pembeli benda-benda bersejarah tersebut adalah orang terpandang di Indonesia. Diduga kematian Lambang terjadi akibat takut terbongkarnya "orang-orang besar" yang terlibat dalam jual-beli benda yang sangat besejarah dan bernilai ini.
Terakhir, Zatapi dengan Sejumlah Tapi. Kisruh pengadaan Zatapi oleh Pertamina yang dirasa janggal, membuat jurnalis Tempo menyelidikinya secara mendalam. Keterlibatan pihak-pihak internal Pertamina dari kerja sama ini ternyata menimbulkan kecurigaan yang mengarah kepada tindak kolusi, korupsi, dan nepotisme. Jurnalis Tempo pun menelusuri para pejabat yang bertanggung jawab dari kerja sama ini dan mencari tahu di mana lokasi perusahaan yang memenangi tender, yaitu Gold Manor. Awalnya, lokasi perusahaan tersebut berada di Jakarta Selatan, tapi ternyata sampai di Singapura. Lantas, setelah penyelidikan ini dilakukan, banyak pihak yang ditangkap KPK.
***
Dari buku ini, saya jadi cukup memahami bagaimana seorang jurnalis menginvestigasi kasus-kasus berat dan tersembunyi. Mereka harus bisa secerdik mungkin mendapatkan informasi tanpa ketahuan pihak keamanan. Seperti pada penyelidikan "Pejabat di Puncak, Banjir di Jakarta", beberapa jurnalis Tempo harus menyamar sebagai mahasiswa atau orang biasa supaya bisa masuk ke area vila yang dianggap bermasalah. Dengan begitu, mereka bisa aman dari kecurigaan pihak penjaga yang memantau vila tersebut.