Ilustrasi berita daring yang muncul di sebuah gawai. Sumber gambar: freepik.com |
Saya pernah bekerja di perusahaan agregator berita yang salah satu tugasnya adalah memeriksa sumber-sumber berita yang bertebaran di internet. Kebanyakan sumber berita yang saya dapatkan adalah yang bertipe clickbait, isi berita yang sedikit dan harus mengklik ke halaman selanjutnya untuk membaca, serta tayangan iklan yang muncul sembarangan. Dari sana, saya pun menyadari bahwa perusahaan berita saat ini memang cenderung mencari pemasukan dari seberapa banyak berita yang diklik oleh pembaca; atau seberapa banyak iklan yang ditampilkan di halaman web berita tersebut.
Lantas, baguskah model berita yang seperti itu?
Saya rasa bagus atau tidaknya tergantung perspektif masing-masing. Selama berita yang ditampilkan bukan hoaks dan bisa dipertanggungjawabkan, itu sah-sah saja.
Di dunia yang serba cepat ini, cara orang-orang dalam membaca berita memang sudah berubah. Hari-hari ketika kita hanya mengandalkan surat kabar fisik (tradisional) atau berita yang tayang di televisi, sudah lewat masanya. Setelah adanya internet dan sebagian besar orang bisa mengaksesnya dengan mudah, kita jadi menghadapi pilihan berita yang bervariasi bentuknya.
Dari pengalaman pribadi saya, saya sudah berlangganan berita daring berbayar sejak 2021. Alasannya, saat itu saya ingin mendapatkan pengalaman baru dalam membaca berita yang disusun secara matang, akurat, objektif, dan tidak terburu-buru. Maksud terburu-buru di sini adalah berita daring gratis sering mengutamakan kecepatan berita tanpa menunggu konfirmasi yang jelas dari sumber yang didapatkan, jadi berita yang memiliki judul yang mirip akan terus muncul karena sering diperbarui. Bisa dikatakan, kuantitas lebih diutamakan daripada kualitas.
Ada tiga web berita berbayar yang sejauh ini saya coba, yaitu Koran Tempo (koran.tempo.co) dan Majalah Tempo (majalah.tempo.co), Kompas (kompas.id), serta Kumparan Plus (kumparan.com/kumparan-plus). Namun, di tahun ini saya hanya berlangganan di Kompas dan Kumparan Plus. Dari dua web berita berbayar tersebut, saya ingin mengeksplorasi tentang perbedaan berita daring yang berbayar dengan yang bisa diakses secara gratis.
Tayangan iklan di halaman web
Tidak bisa dimungkiri bahwa perusahaan berita juga ingin mendapatkan pemasukan yang maksimal. Salah satu cara untuk mendapatkannya adalah dari iklan yang ditayangkan. Berita daring gratis sangat bergantung pendapatannya dari iklan untuk keberlangsungan bisnisnya. Akibatnya, pembaca berita daring gratis tersebut akan sering menemui iklan yang posisinya sembarangan. Selain itu, karena iklan yang ditayangkan sering tidak berhubungan dengan yang kita butuhkan, membuat konsentrasi membaca pun jadi terganggu. Namun, kalau ada berita daring gratis yang bisa memposisikan iklannya dengan benar, berarti mereka paham untuk membuat nyaman pembacanya.
Untuk pengalaman membaca berita daring berbayar yang sejauh ini saya rasakan, halaman web yang dikelola memang bagus dan nyaman untuk pembacanya. Kalaupun ada iklan, itu sangat sedikit dan diletakkan seminimal mungkin sehingga pembaca tidak terganggu. Tidak adanya gangguan iklan ini memungkinkan pelanggan untuk fokus kepada konten berita yang sedang dibaca.
Ini adalah contoh halaman web pada Kompas.id dan Kumparan Plus. Dua web berita daring berbayar yang saya nikmati saat ini.
Tangkapan layar dari laptop milik saya dalam menampilkan web berita Kompas.id pada Jumat (22/9/2023). |
Tangkapan layar dari laptop milik saya dalam menampilkan web Kumparan Plus pada Jumat (22/9/2023). |
Personalisasi dan sudut pandang yang beragam
Di berita daring berbayar, pelanggan diberikan fitur untuk mempersonalisasi tayangan berita berdasarkan minat dan preferensi kita. Dari fitur ini, pembaca jadi bisa meningkatkan pengalaman membaca dengan menyesuaikan konten yang selaras dengan kesukaan kita. Namun, penyesuaian ini mungkin bisa saja membuat pembaca terjebak dengan informasi yang sama tanpa adanya pembeda dari informasi lain untuk mendapatkan sudut pandang baru.
Di sisi lain, berita daring gratis memberikan akses informasi secara luas dari berbagai macam perspektif. Pembaca bisa memilih dan menjelajah berbagai informasi yang disediakan tentang peristiwa terbaru. Namun, patut diperhatikan juga bahwa di tengah informasi yang beragam tersebut, pikiran kritis dan literasi yang kita punya juga harus digunakan. Jangan sampai, kita mudah percaya hoaks karena berita tersebut sama dengan keyakinan kita; kemudian malah menuduh berita yang objektif sebagai hoaks karena informasi yang diberikan berbeda dengan keyakinan kita.
Mengeluarkan biaya untuk akses yang lebih baik
Perbedaan paling nyata antara berita daring berlangganan dengan yang gratis adalah dari biaya yang dikeluarkan. Menikmati berita daring berbayar memang membutuhkan komitmen keuangan. Sebab, secara realistis, kita memang harus mengeluarkan uang lebih untuk mendapatkan berita yang berkualitas dan standar jurnalisme yang tinggi.
Sedangkan untuk berita daring gratis, kita bisa mengaksesnya secara langsung tanpa harus membayarnya. Namun, konsekuensinya, berita yang disajikan pun sering berbentuk clickbait atau dengan judul yang bombastis, padahal isinya biasa saja. Sebab, seperti yang saya jelaskan di awal, pemasukan bisnis berita daring gratis berasal dari seberapa banyak klik yang dihasilkan dari setiap konten berita sehingga banyak juga iklan yang muncul di sana.
Kualitas dan kredibilitas
Perbedaan terakhir adalah tentang kualitas dan kredibilitas yang ditampilkan. Saya merasa sumber berita berbayar sangat memprioritaskan jurnalisme yang mendalam dan mempekerjakan jurnalis profesional untuk menyusun berita yang objektif, serta mematuhi standar editorial yang ketat. Dari sana, pelanggan jadi tambah yakin bahwa berita yang dibaca merupakan hasil dari proses yang panjang dan teliti, sehingga—bisa dipastikan—terhindar dari informasi hoaks atau bias.
Sebaliknya, dari berita daring gratis yang pernah saya baca, seringkali mereka memiliki kualitas dan kredibilitas yang bervariasi. Kita harus bisa menyaring web berita daring gratis mana yang menjunjung tinggi integritas jurnalistis. Sebab, tak jarang juga ada web berita yang kontennya berisi berita clickbait dengan judul bombastis, sehingga isi dan judul tidak berkaitan sama sekali. Selain itu, karena di zaman digital ini setiap orang bisa saja membeli domain web (biasanya [titik]com) dengan bebas dan mengisi web-nya dengan berbagai macam berita, membuat kita sebagai pembaca harus berhati-hati dan berpikir kritis ketika menjelajahi internet untuk mencari isu berita tertentu.
Kesimpulan
Dalam memilih apakah kita harus membaca berita berbayar atau gratis adalah keputusan masing-masing individu. Langganan berita berbayar memberikan kita kualitas dan kredibilitas yang tinggi, serta terhindar dari tampilan iklan yang mengganggu. Namun, kita harus rela mengeluarkan uang untuk menikmati fitur tersebut. Sedangkan untuk membaca berita gratis, kita harus bisa memilah dan memilih web berita yang memang kredibel di tengah arus informasi yang melimpah ini. Selain itu, paparan iklan yang mengganggu menjadi konsekuensi ketika mengakses web berita gratis.
Untuk saya pribadi, setelah saya berlangganan di berita berbayar, saya jadi bisa membatasi diri untuk mengonsumsi berita di tengah akses informasi yang muncul setiap saat. Jadi, jika saya ingin mengetahui informasi harian, saya bisa mengakses koran digital yang sudah disusun oleh redaksi Kompas di epaper.kompas.id; atau membaca kumpulan esai yang sudah dikurasi oleh redaksi Kumparan di kumparan.com/kumparan-plus. Dengan demikian, akses informasi yang saya terima pun bisa terjaga dari kemungkinan mengakses berita-berita hoaks dan clickbait.