Menjalani kehidupan di kamp konsentrasi Nazi sebagai seorang tahanan memang sangat menyedihkan, satu per satu orang yang pernah dikenal atau dijumpai bisa saja segera meninggal, entah karena dihukum atau terkena penyakit. Dari kejadian tersebut, Viktor E. Frankl--seorang tahanan Nazi sekaligus dokter kejiwaan--menuliskan pengalaman pribadinya di buku berjudul Man's Search for Meaning beserta teori logoterapi yang ia kembangkan.
Sosok Viktor E. Frankl sebagai penemu teori logoterapi. (Sumber gambar: viktorfrankl.org) |
Di buku ini dibagi menjadi dua bagian: 1) pengalaman Viktor menjadi tahanan dari awal ia memasuki kamp konsentrasi sampai masa pembebasan setelah Perang Dunia II berakhir; 2) penjelasan tentang logoterapi yang ia kembangkan dan bagaimana kita bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, saya tidak akan membahas dua bagian tersebut lebih lanjut. Sebab, yang akan saya ungkapkan adalah efek setelah membaca buku ini.
Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya umur, saya pun juga ikut memikirkan makna hidup yang dijalani. Pada saat masih kecil sampai remaja, "makna hidup" yang saya rasakan bisa dikatakan cukup optimistis seperti bermain dengan teman, belajar di sekolah, dan melakukan hal lain yang membuat saya senang. Namun, ketika lulus kuliah dan memasuki "dunia nyata", saya cukup realistis dalam menjalani hidup, bahkan tak jarang cenderung pesimistis. Selain itu, saya mulai menyusun lagi "makna hidup" yang saya jalani karena banyak hal tidak pasti yang saya temui, seperti datang dan perginya orang-orang terdekat yang sudah saya anggap teman kemudian menjadi "asing", pekerjaan yang saya harap akan stabil di tengah situasi ekonomi yang cukup sulit, hubungan dengan pasangan yang saya harap akan selalu harmonis, dan lain-lain.
Dengan demikian, membaca buku ini menjadi referensi tersendiri bagi saya untuk terus belajar dalam menyusun "makna hidup" sehingga kehidupan pun bisa terus nyaman untuk dijalani, meskipun pikiran-pikiran negatif pasti akan muncul sesekali.