Membaca kumpulan esai dari buku Sepi: Mengapa Manusia Merasakan Kesepian dan Bagaimana Berdamai dengannya? yang ditulis oleh tim Pijar Psikologi ini, saya jadi mengingat momen pada 2017 silam ketika saya didera kesepian yang mendalam. Saat itu bertepatan ketika saya lulus kuliah dan sudah tidak menjadi anak kos. Teman-teman terdekat yang dulu sering saya temui dan bermain ke kosan saya, secara perlahan "menghilang" karena sebagian juga sudah lulus dan menentukan jalan hidupnya masing-masing. Hal yang luput saya antisipasi adalah ketika saya dan teman-teman akan berpisah dan saya belum siap menerima kenyataan bahwa pada akhirnya saya sendirilah yang menentukan perjalanan hidup selanjutnya. Hari-hari yang biasa dihabiskan bersama, malah menjadi hari-hari yang saya jalani sendirian. Bersyukur, kemudian saya bisa dekat dengan perempuan yang sejak awal 2018 menjadi pacar saya. Ia pun menjadi sosok yang membuat saya memahami arti kebersamaan dan menghilangkan rasa kesepian yang saya derita; kami pun bisa saling melengkapi.
Ilustrasi tentang seseorang yang kesepian. (Sumber: pixabay.com) |
Dengan demikian, dari buku ini saya mendapatkan wawasan baru dalam menyikapi rasa sepi pada diri sendiri dan orang-orang di sekitar. Selain itu, saya jadi mengetahui langkah-langkah apa saja yang bisa dilakukan ketika kita merasa kesepian, salah satunya adalah mencari seseorang yang bisa berbagi keluh-kesah tentang hidup yang kompleks.