Saya mulai mengetahui Cristiano Ronaldo (selanjutnya CR7) pada 2003 silam ketika ia pindah ke Manchester United. Setelah itu, yang membuat takjub adalah ia menggantikan Beckham untuk memakai nomor punggung tujuh yang dianggap sakral. Ia berada di Manchester United selama enam tahun, sampai pada akhirnya di tahun 2009 ia pindah ke Real Madrid, lalu hijrah ke Juventus sembilan tahun kemudian.
Nah, setelah dua klub berbeda telah CR7 jelajahi, akhirnya pada tahun ini, ia "pulang" ke Manchester United. Dari kembalinya ia ke klub yang saya dukung, saya pun memutuskan untuk membaca biografinya. Buku ini ditulis oleh Guillem Balagué berdasarkan perjalanan hidup CR7 dari ia lahir sampai kariernya di Real Madrid musim 2014/15.
Dari buku ini, saya bisa memahami awal kehidupan CR7 yang berada di garis kemiskinan. Dari kondisi ekonomi yang sulit tersebut, membuatnya bertekad bahwa dengan keahliannya bermain bola, ia bisa mengubah nasib dirinya dan keluarganya di Madeira. Dan benar saja, setelah ia berada di akademi Sporting Lisbon dan menunjukkan keahliannya memainkan si kulit bundar, ia pun dilirik oleh Manchester United pada umur delapan belas tahun dan mendapatkan gaji yang cukup besar.
Ronaldo dan Sir Alex Ferguson pada 2003. Sumber gambar: express.co.uk |
Meskipun demikian, di Manchester, kariernya memang dibilang cukup naik-turun, berbagai konflik pun telah ia alami. Salah satu konflik yang dimaksud adalah pada Piala Dunia 2006 ketika Portugal melawan Inggris, CR7 sempat beradu argumen dengan Rooney sehingga membuat Rooney mendapat kartu merah di pertandingan tersebut. Publik Inggris cukup kesal dengan kejadian tersebut karena membuat timnas kebanggaannya harus tersingkir. Selanjutnya, ketika CR7 kembali ke Manchester, ia jadi disoraki dan bahkan ada poster ancaman terhadap dirinya. Bersyukur, akhirnya hubungannya dengan Rooney semakin membaik serta seluruh pemain dan staf di Manchester United selalu memberikan dukungan kepadanya. Dari kejadian tersebut, ia juga membuktikan bahwa ia memang pantas menjadi pemain sepak bola terbaik di dunia karena performanya yang semakin bagus, lebih khusus pada musim 2007/08, ia menjadi topskorer di Liga Primer Inggris dan Liga Champions serta mendapatkan penghargaan Ballon d'Or pertamanya.
Ronaldo mendapatkan penghargaan Ballon d'Or pertamanya pada 2008. Sumber gambar: goal.com |
Perjalanan karier CR7 berlanjut ke Real Madrid pada 2009 dan menjadikannya sebagai pemain sepak bola termahal saat itu. Di sana, ia harus beradaptasi lagi dengan segala hal. Selain itu, hubungannya dengan manajer saat itu, Jose Mourinho, bisa dibilang kurang harmonis. Ia sering berdebat mengenai taktik yang dijalankannya. Namun, setelah Mourinho keluar dan digantikan Carlo Ancelotti, CR7 merasa Real Madrid kembali ke jalur yang benar. Bahkan, pada 2014, Real Madrid berhasil memenangi Liga Champions dan menjadikan klub asal ibukota tersebut sebagai pemilik trofi Liga Champions paling banyak sejauh ini.
Selebrasi Ronaldo ketika berhasil mencetak gol di final Liga Champions pada 2013/14. Sumber gambar: si.com |
***
Itulah sedikit kisah yang ada di dalam buku biografi ini. Lalu, ketika artikel ini ditulis, performa CR7 di Manchester United sebenarnya sudah memberikan kontribusi yang berarti untuk lini depan; tetapi sayangnya, lini belakangnya yang masih harus diperbaiki karena beberapa beknya suka melakukan kesalahan yang tak perlu.
Sejauh ini, klub berjuluk Setan Merah tersebut cukup banyak mengalami kekalahan di beberapa pertandingan awal Liga Primer Inggris dan sering kesulitan ketika menghadapi lawan-lawan yang kualitasnya berada di bawahnya. Lantas, sebagai pendukung Manchester United dan CR7, saya berharap mereka bisa menunjukkan lagi performa terbaiknya sehingga bisa mendapatkan trofi.
Ronaldo ketika kembali ke Manchester United pada musim ini (2021/22). Sumber gambar: unitedinfocus.com |