Akhir-akhir ini, berita tentang salah satu produk di bawah Facebook, yaitu WhatsApp, mencuat karena mereka ingin mengakses data pribadi pengguna supaya bisa dijadikan informasi untuk pengiklanan. Jadi, untuk memahami kasus tersebut, saya memutuskan untuk membaca buku berjudul Zucked: Waking Up to the Facebook Catastrophe ini.
Di sini, penulis mengkritisi tentang kebijakan Facebook yang dirasa sangat kurang dalam menjaga data pengguna dari pihak ketiga atau para peretas. Selain itu, platform ini juga sering dijadikan penyebaran berita hoaks dan propaganda terhadap isu tertentu, sebut saja masalah pembantaian etnis Rohingya di Myanmar. Penulis juga menyoroti masalah politik yang ada di negaranya, Amerika Serikat, pada Pilpres 2016 lalu. Betapa Facebook sangat berperan dalam menggiring opini publik di sana akibat pihak Rusia ikut campur untuk memberikan informasi yang sembarangan.
Ada juga masalah algoritma yang membuat pengguna akan mengakses informasi yang disuka secara terus menerus. Contohnya, ketika ada pengguna yang memercayai bahwa bumi itu datar, maka algoritma Facebook akan menunjukkan tampilan yang didominasi oleh informasi tentang dukungan kepada teori bumi datar, bukan informasi yang membantah teori tersebut. Dikhawatirkan, bagi pengguna yang kurang kritis pikirannya, ketika mengakses media sosial malah tetap memercayai berita yang salah, sehingga menolak berita yang akurat dan kredibel.
Dengan demikian, buku ini memberikan gambaran bagaimana perusahaan teknologi seperti Facebook mengelola data pribadi pengguna dan sikap mereka terhadap masalah yang terjadi; sehingga, saya pun bisa lebih waspada dan hati-hati ketika mengakses media sosial.