Memahami sistem pendidikan setiap negara pasti akan berbeda satu sama lain; ada yang berkualitas, ada juga yang masih menyedihkan. Lantas, ketika saya mengetahui dari salah satu artikel bahwa Finlandia merupakan negara yang memiliki sistem pendidikan yang bagus, saya pun tanpa ragu memutuskan membaca buku Teach Like Finland. Siapa tahu dengan membaca ini, setidaknya saya bisa mengubah pola pikir saya untuk mendapatkan informasi tentang cara mendidik yang baik. Karena saya berpendapat, tak harus berprofesi sebagai guru untuk mempelajari buku ini, semua orang adalah "guru" bagi dirinya sendiri; kalaupun bisa, menjadi guru untuk orang-orang terdekatnya.
Buku ini ditulis oleh seorang guru asal Amerika Serikat bernama Timothy D. Walker yang pindah ke Finlandia. Pada awal kepindahannya ke salah satu sekolah di sana, ia memang butuh beradaptasi dengan budaya dan cara mendidik yang baru. Jika di Amerika Serikat, ia merasa bahwa seorang guru yang profesional adalah mereka yang terlihat sangat sibuk untuk mengurusi berbagai tugas di sekolah, ternyata ia merasa aneh ketika para guru di Finlandia terlihat seperti tanpa beban; dan bahkan mereka masih bisa bersantai dengan secangkir kopi sambil mengobrol dengan rekan sesama guru di lounge yang disediakan. Mengetahui hal tersebut, ia diberi saran oleh salah satu guru di sana tentang rutinitas yang dilakukannya, ia pun merespons:
"Saya langsung tertawa mendengar saran mereka. Saya mengatakan kepada mereka kalau memang saya mulai kecapekan, namun saya meyakinkan mereka kalau saya baik-baik saja. Tetapi mereka ngotot: mereka serius soal pentingnya beristirahat beberapa kali dalam satu hari. Salah satu rekan kerja saya mengatakan bahwa dia perlu meluangkan waktu beberapa menit setiap hari di tempat istirahat, mengendurkan syaraf dengan guru lainnya. Dia mengklaim kalau itu membuatnya menjadi guru yang lebih baik." (halaman 3)
Selain itu, menurut pengalamannya, istirahat yang cukup bagi para siswa merupakan salah satu faktor yang juga penting. Karena pada sekolah-sekolah yang masih menganut sistem pendidikan yang memberikan banyak pekerjaan rumah, itu akan membuat para siswa menjadi lelah dan banyak pikiran. Ia pun berpendapat:
"Saya pikir akan bijaksana jika kita mulai berpikir tentang memberi pekerjaan rumah seminimal mungkin yang diperlukan, sehingga siswa kita memiliki waktu yang lebih banyak mengisi ulang tenaga di malam hari. Jika Anda bekerja di sekolah di mana Anda diminta untuk memberi sejumlah pekerjaan rumah setiap malam, 1 cara yang dapat ditempuh untuk membantu murid Anda mengisi ulang tenaganya di malam hari adalah dengan membuat pekerjaan rumah itu sesederhana mungkin, sehingga para murid dapat menyelesaikan tugas tersebut secara mandiri dengan mudah." (halaman 31)
***
Dua hal di atas tentang aktivitas guru dan sistem pembagian pekerjaan rumah untuk siswa adalah sebagian kecil yang dibahas di buku ini. Karena di samping itu, juga dibahas tentang kesejahteraan dalam belajar, rasa dimiliki bagi setiap anak, kemandirian dalam menjalani aktivitas di sekolah, penguasaan dalam hal mengembangkan bakat, serta pola pikir untuk memahami bagaimana seharusnya sistem pendidikan itu dilaksanakan.
Bercermin kepada pengalaman saya pribadi, saya pernah merasa kewalahan dan sibuk dengan tugas-tugas sekolah yang banyak dan tak jarang membuat saya pusing sendiri. Padahal, ketika lulus, pelajaran yang pernah dipelajari di sekolah hanya sedikit yang bisa dimanfaatkan ke jenjang berikutnya, seperti ketika masuk ke perguruan tinggi. Karena ketika di perguruan tinggi, hanya ilmu-ilmu tertentu saja yang akan diperdalam. Bagi saya yang saat itu memilih Jurusan Sastra Inggris, maka pelajaran seperti Fisika, Biologi, Ekonomi, dan Geografi samasekali saya lupakan.
Tak dapat dimungkiri, setelah membaca ini, saya jadi iri dengan sistem pendidikan di Finlandia. Dengan demikian, memahami dan mengambil pelajaran dari buku ini, saya jadi bisa mengetahui bagaimana suatu pendidikan itu dilaksanakan, sehingga orang yang menjalaninya bisa lebih nyaman dan bahagia.
