Ketika saya berumur tiga sampai empat tahun, saya masih ingat setiap sebelum tidur di malam hari, Ibu sering mendongengkan cerita. Seingat saya, dongeng yang diceritakan adalah tentang kancil si pencuri timun milik pak tani. Dari kisah tersebut, saya jadi memahami bahwa saya tidak boleh mencuri sesuatu milik orang lain karena, selain perbuatan tidak terpuji, akibatnya bisa dikurung di penjara.
Ketika saya sudah besar, saya membeli novel Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi yang ternyata di bagian belakang bukunya berlabel sebagai dongeng. Berbeda dengan Kancil si Pencuri Timun seperti yang ibu saya dulu ceritakan, novel (dongeng) ini tak sesederhana judulnya. Bahkan, bisa dibilang kebiasaan mencuri Raden Mandasia adalah satu dari sekian banyak kejadian yang terjadi di dalam kisah. Selain itu, yang menjadi pencerita di dalam kisah bernama Sungu Lembu. Sungu Lembu adalah lelaki yang memiliki dendam kepada ayah Raden Mandasia yang bernama Watugunung. Alasannya karena Watugunung dianggap sebagai penanggung jawab atas penaklukan daerah yang ditinggali Sungu Lembu.
Raden Mandasia adalah satu dari sekian banyak anak Watugunung. Ia bertemu Sungu Lembu di tempat judi milik Nyai Manggis. Awalnya, Sungu Lembu tak ingin menjadi teman perjalanan Raden Mandasia karena dendam yang dimilikinya, tapi karena Nyai Manggis—yang ternyata berasal dari wilayah yang sama dengan Sungu Lembu—meyakinkannya bahwa itu adalah jalan satu-satunya untuk membalaskan dendam penduduk daerah mereka yang telah ditaklukan, ia akhirnya setuju.
Teman perjalanan yang dimaksud adalah supaya Sungu Lembu bisa menemani Raden Mandasia menuju wilayah nan jauh di seberang lautan bernama Gerbang Agung. Raden Mandasia ingin mencegah perang terjadi antara dua kerajaan besar akibat keinginan Watugunung yang bersikeras untuk menaklukan Gerbang Agung. Selain itu, alasan lainnya karena tidak ada sejarahnya Kerajaan Gilingwesi memiliki masalah dengan Kerajaan Gerbang Agung. Setelah menempuh perjalanan yang jauh, Sungu Lembu dan Raden Mandasia bertemu Loki Tua yang ahli memasak dan menyetujui untuk ikut juga dalam petualangan. Mereka bertiga harus melewati padang pasir yang luas dan sangat melelahkan. Setelah sampai di dekat Gerbang Agung, mereka harus menyusun rencana supaya bisa masuk untuk bertemu Ratu, lalu melakukan negosiasi agar perang tak terjadi. Namun sayangnya, setelah rencana yang dibuat dan negosiasi yang dilakukan, kesepakatan tak tercapai. Selain itu, rasa dendam yang dimiliki Sungu Lembu untuk membunuh Watugunung, ternyata harus ditunda dulu karena hal yang ditakutkan oleh Raden Mandasia ternyata terjadi, yaitu perang besar.
***
Untuk mengetahui lebih detail tentang kejadian yang terjadi dan kelanjutan kisahnya, bisa dibaca langsung dari novelnya. Di novel ini selain tentang petualangan dan dendam, terdapat juga tokoh-tokoh yang diambil dari dongeng klasik, kisah dari agama, dan kejadian nyata, seperti seorang anak yang terbuat dari kayu yang ditelan seekor paus; seorang nabi yang gagal meyakinkan umatnya dan akhirnya kabur ke kapal, lalu ditelan paus juga; seorang vokalis yang dibunuh oleh penggemarnya sendiri; dan masih banyak lagi. Selain itu, karena kisah ini diceritakan dari sudut pandang Sungu Lembu, jadi saya harus terbiasa dengan umpatan "Anjing" yang sering diucapkannya untuk mengawali suatu kalimat yang membuatnya kagum, terkejut, atau ketika kesal. Secara keseluruhan, saya sangat menyukai novel ini. Saya jadi merasakan setiap kisah yang begitu mengalir dan di bagian akhir, akan terungkap hal-hal yang menjadi misteri yang disajikan di sini.