Yap, inilah yang sedang gue rasain saat ini. Gue masih belum percaya kalau gue udah menjadi mahasiswa selama satu tahun. Atau dalam hitungan semester, ini berarti gue udah dua semester duduk di bangku kuliah. Mungkin kalau kalian berpikir, “Emang kenapa, Gung, kok lu tiba-tiba jadi ngehitungin lama waktu lu kuliah? Sebenarnya ada apa deh?”
Sebenarnya gak ada apa-apa. Gue tiba-tiba jadi kangen aja saat setahun yang lalu, ketika pertama kali gue mendatangi UIN Jakarta untuk ngelihat-lihat suasana kampusnya sekaligus mendaftar untuk ikut Ujian Mandiri Penerimaan Mahasiswa Baru sekitar Mei 2012 (pengalaman itu gue ceritain di sini). Sehabis itu, gue daftar Bimtes (Bimbingan Tes) yang diadain oleh beberapa mahasiswa UIN Jakarta dan dilaksanain selama empat hari di akhir Juni 2012. Pas awal Juli 2012, gue mengikuti Ujian Mandiri selama dua hari. Setelah selesai ujian dan menunggu pengumuman kelulusan selama sebulan tanpa kepastian, akhirnya hari pengumuman yang ditunggu pun tiba. Sehabis mandi pagi, tanpa langsung pakai baju, cuma pakai handuk, gue buka laptop dan ngecek di situs resmi UIN Jakarta. Dan ternyata... alhamdulillah, gue diterima. Yeah! Gue senang banget. Saking senangnya, gue hampir aja lari-lari telanjang di depan rumah kalau Nyokap gue gak langsung nyegah gue dan bilang, “Gung, pake dulu bajunya! Gak malu apa masih pake handuk lari-lari gitu. Nanti kalau handuknya lepas gimana?!”.
Gue langsung menghentikan langkah kaki gue seketika.
"Oh iya, gue belum pake baju," kata gue dalam hati sebelum satu langkah lagi gue bakal melewati pagar rumah.
Untung aja saat itu gak ada orang yang lewat depan rumah gue. Kalau iya, gue pasti bisa dibilang anak korban salah gaul masa kini.
Tanpa berpikir panjang, gue langsung kembali lagi ke kamar dan langsung pakai baju sendiri, tanpa dibantuin Nyokap.
Oke, kembali ke cerita.
Setelah pengumuman kelulusan udah dikasih tahu, yang pasti setelah itu bakal ada Ospek yang menanti, kan?
Yap, benar. Gue jadi repot banget pada beberapa hari itu karena disuruh bawa perlengkapan inilah-itulah. Tapi gue ngerasa seru selama Ospek berlangsung karena senior-seniornya yang bisa bikin heboh suasana dan gak ngebosenin. Gue juga udah nyeritain pengalaman Ospek gue di sini.
Ospek pun berlalu.
Sehari sebelum masuk kuliah semester pertama, gue dan Bokap sibuk ngebawa barang-barang kebutuhan gue untuk dipindahin ke kosan. Jarak rumah sampai kampus yang bisa dibilang jauh ini membuat gue memutuskan untuk menjadi anak kos. Sebenarnya bisa aja gue pergi-pulang, tapi gue khawatir bakal capek di jalan. Iya, jadi selain nanti gue menjadi mahasiswa baru, gue juga bakal menjadi anak kos baru. Gue ngerasa beruntung karena Bokap waktu itu nyariin gue kosan yang gak jauh dari kampus. Kenapa? Karena gue berpikir kalau kosan gue dekat dengan kampus, gue gak perlu lagi ngeluarin ongkos tambahan untuk bayar kendaraan umum. #JiwaAnakKos #GakMauRugi
Hari yang ditunggu pun tiba. Gue yang selama ini jarang bisa bangun pagi kalau gak mendengar Nyokap nyanyi terlebih dahulu (baca: neriakin gue gara-gara susah bangun), ternyata bisa bangun pagi sendiri... yaaa walaupun dibantu alarm ponsel sih. Setelah persiapan selesai, gue memastikan kalau diri gue udah terlihat rapi. Tak lupa memakai parfum aroma minyak kayu putih ke seluruh badan gue supaya selalu tetap segar. Lalu, gue ngaca ke cermin dan bilang, “Wah, cerminnya kelihatan ganteng ya!”
Hari pertama masuk kuliah bagi mahasiswa baru merupakan pengalaman yang gak bakal terlupakan. Hari itu nantinya bakal selalu teringat, semua rasa senangnya, rasa gugupnya, dan rasa saltingnya. Kalau yang sering gue lihat di acara FTV sih, momen hari pertama kuliah itu akan digambarkan sebagai momen “Cinta Pada Tabrakan Pertama”. Yap, di mana si aktor utama tiba-tiba gak sengaja nabrak perempuan cantik, kemudian ngebuat buku-buku yang dibawa tuh perempuan jatuh berserakan. Bisa ditebak, ketika mereka sedang memunguti buku-buku itu bersama, seolah secara otomatis tangan mereka jadi saling bersentuhan, lagu romantis terdengar, akhirnya mereka pun jadian.
Sebenarnya gue juga mau pengalaman hari pertama gue kuliah terjadi seperti mas ganteng di FTV tadi. Gue pengin ketemu perempuan, tiba-tiba gue gak sengaja ngelihat dompetnya jatuh dari dalam tasnya, gue ambil, kemudian gue tepuk pundaknya dari belakang dan ngasih tahu kalau dompetnya jatuh. Ternyata gue dikira copet, gue digebukin warga sekitar, badan gue memar, tapi setelah gue ceritain ke dia kalau gue yang menemukan dompetnya jatuh di jalan dan bukan copet, dia minta maaf ke gue. Gue dibawa ke rumah sakit, gue ditungguin sampai sembuh sama tuh perempuan cantik, lalu kita pun resmi jadian setelah dia merelakan ponselnya dijual karena uang di dompetnya gak cukup untuk biaya rumah sakit. Happy ending, bro!
Tapi, jangankan kenalan sama perempuan cantik. Malahan yang terjadi saat hari pertama gue kuliah adalah... gue salah masuk toilet. Bukan, gue bukan masuk toilet perempuan. Tapi yang gue masuki adalah toilet... *bersambung*
Jadi ceritanya tuh ketika gue naik ke lantai lima Fakultas Adab dan Humaniora dan gue ngelihat kalau saat itu calon teman-teman sekelas gue masih menunggu di depan kelas karena dosen belum datang, gue tiba-tiba ngerasa kebelet buang air kecil. Karena gue masih baru di sana, jadi gue mencoba ngelihat-lihat sudut ruangan dan akhirnya gue pun menemukan tanda toilet. Gue mengikuti arah dari tanda tersebut. Berapa menit kemudian...
Voila.
Akhirnya gue menemukan toilet yang daritadi gue cari-cari. Tanpa basa-basi, gue langsung masuk dan menuntaskan tugas penting itu. Setelah selesai, gue keluar kemudian cuci tangan di wastafel. Kebetulan pagi itu toilet masih sepi, jadi gue sendirian aja di dalam. Tapi tiba-tiba ada sesosok mas-mas masuk dan berdiri di samping gue bawa kain pel sambil ngelihatin gue dengan raut muka bingung. Kayaknya sih dia petugas kebersihan.
“Dek, maaf, ini bukan toilet khusus buat kamu,” mas-mas itu langsung ngomong ke gue.
“Hah, yang bener, mas?! Saya gak salah masuk toilet, kan?! Ini bener toilet laki-laki, kan?!”
Gue panik. Gue yakin banget kalau toilet yang tadi gue masukkin, gambar di pintunya tuh gambar orang pakai celana, bukan rok.
“Iya sih, ini emang bukan toilet khusus perempuan, tapi liat tuh!” si mas menunjuk ke atas pintu dan gue melihat tulisan,
TOILET KHUSUS DOSEN (LAKI-LAKI), MAHASISWA DILARANG MASUK!
Yap, hati gue lega. Untung gue cuma salah masuk toilet dosen (laki-laki), bukan perempuan. Karena kalau sampai gue masuk ke toilet perempuan dan ketahuan, bisa-bisa nyawa gue gak terselamatkan akibat dikeroyok kaum Hawa. Kan gak enak banget nanti kasusnya muncul di koran dengan judul Mahasiswa Baru Pingsan dengan Kepala Masuk ke Dalam Lubang Jamban Akibat Kepergok Masuk Toilet Perempuan.
Dengan sedikit salting tapi tetap kalem, gue berkata,
“Sejak kapan ada tulisan itu di atas pintu, mas? Kayaknya pas saya masuk tadi belum ada deh. Umm... EHH MAS, LIAT DEH DI DINDING, ADA CICAK LAGI JOGET GANGNAM STYLE TUH!!!”
Seketika gue langsung lari dan memasukki ruangan kelas, yaitu kelas 1B Jurusan Sastra dan Bahasa Inggris.
Sesampainya di kelas, gue langsung nyari tempat duduk dan memandang ke seluruh isi kelas. Gue ngelihat wajah teman-teman gue yang kebanyakan masih pada asing. Palingan cuma beberapa aja yang gue kenal pada saat itu karena ada yang udah menjadi teman gue semasa Ospek.
Beberapa saat kemudian, ternyata ada salah satu teman kelas gue yang datangnya agak telat, namanya—sebut aja—Paijo. Ternyata kehadirannya itulah yang akhirnya membuat masa-masa di bulan pertama kuliah gue bersama teman-teman sekelas yang lain menjadi gak terlupakan. Mau tau apa itu? Baca di sini.
Masa-masa semester pertama gue di kelas B bisa dibilang asik. Gue bertemu dengan teman-teman sekelas yang kompak dan seru.
Pada pertengahan Oktober 2012 kemarin, walaupun kami masih baru kenal, kami udah bisa ngerencanain untuk jalan-jalan bareng ke Kota Tua, Jakarta. Tapi ternyata pas Hari H pemberangkatan, yang ikut hanya beberapa orang, mungkin pada saat itu teman-teman yang gak datang punya kepentingan lain, makanya gak bisa ikut.
Di awal gue masuk kampus, gue juga sempat menyukai seorang perempuan. Yap, gue mulai menyukainya ketika gue satu kelompok dengannya pas ospek, lebih tepatnya kelompok jurusan. Namanya Alian Ailamak Nayiwar. Yang gue rasakan saat melihat dia untuk yang pertama kali, dia tuh merupakan perempuan yang manis, pendiam, dan... antik (eh maaf kurang ‘C’, maksudnya "cantik"). Tapi kalau cantik, menurut gue relatif ya.
Setelah gue tahu kalau ternyata dia sekelas sama gue, gue pun ngerasa ada kesempatan untuk bisa jadi lebih dekat dengannya. Tapi karena waktu itu gue masih punya pacar, jadi gue masih bisa mempertimbangkan apa yang harus gue perbuat untuk selalu bisa ngejaga hati ini demi seseorang yang jauh di sana supaya gak macem-macem. Gue rasa, ngejaga hati itu lebih sulit daripada mendapatkannya. Sebab, ketika kita menjaga hati, berarti kita harus siap menahan segala godaan dari luar dan bisa membuat hati yang kita jaga tersebut supaya selalu merasa aman dan nyaman. Ingatlah, ketika betapa sulitnya mendapatkan hati yang kita kejar-kejar saat itu.
Namun, akhirnya hubungan yang gue jalani berbulan-bulan harus rela dikalahkan oleh jarak. Gue pun berpisah dengan (mantan) pacar gue di sana. Gue jadi jomblo lagi. Jadi sering showeran lagi.
Seiring berjalannya waktu, sedikit demi sedikit gue bisa move-on dan gak sering showeran. Gue pun berharap kalau Alian juga jomblo. Tapi setelah gue tanya dia secara langsung di kelas, ternyata dia udah punya pacar dan pacarnya itu kuliah di Bandung. Gue pun kembali jadi sering showeran lagi.
Gue merupakan salah satu tipe lelaki yang cemen kalau berhadapan dengan perempuan. Yap, gue emang suka rame kalau bersama teman-teman dekat, tapi seketika jadi anak yang pendiam dan salting pas tiba-tiba gue bertemu dengan perempuan yang disuka. Itulah cinta, bisa membuat orang yang memiliki sifat seperti batu karang yang keras dan berani menjadi seperti spoons yang lembut dan lunak seketika. Halah.
Hari demi hari gue mencoba untuk mendekati Alian walaupun gue tahu kalau dia udah punya pacar. Alhamdulillah, gue pun bisa semakin dekat dengannya. Gue jadi gak gugup dan salting kalau di dekatnya. Kami juga udah bisa bercanda. Karena kedekatan itu, teman-teman di kelas jadi sering nge-ciee-in gue dengan Alian.
Saat awal semester satu, sifat cengengesan gue masih belum muncul. Jadi ketika di depan Alian, gue masih bisa selalu jaga image gue yang cool, misterius, dan suka tawaf di bawah fly-over.
Setelah berbulan-bulan gue menghadapi suasana menjadi mahasiswa baru, akhirnya semester satu pun selesai.
Ketika liburan semester tiba, gue merasa senang dan sedih menjadi satu. Kenapa? Rasa senang muncul karena liburan panjang telah menanti di depan mata, kalau rasa sedih muncul karena gue bakal gak ketemu dengan Alian sebulan lebih.
Yap, mungkin saat itu yang ngerasain perasaan itu cuma gue, tapi enggak untuk Alian. Jatuh cinta diam-diam itu emang gak enak. Gue hanya bisa menyimpan rasa yang gue miliki itu sendirian tanpa ada seorang pun yang tahu. Tanpa kata, tanpa ungkapan cinta. Karena saat itu gue merasa kalau mulut dan lidah seolah begitu kompak, berkonspirasi gak mau mengucap sepatah kata pun. Hanya mata yang bisa bicara, hanya senyum gue yang memberi isyarat betapa besar rasa suka yang gue rasa.
Pada liburan semester yang durasinya kurang lebih 70 hari itu, gue habiskan di rumah dengan tidur-makan-tidur-makan. Sempat juga gue pergi ke Yogya bersama Bokap di akhir Januari kemarin, tapi rasanya tetap aja gak bisa ngebuat gue jadi terhibur.
Januari berlalu, Februari tiba. Di pertengahan Februari itu, Alian ulang tahun. Karena saat itu masih libur semester, jadi gue hanya bisa mengucapkannya lewat SMS. Gue berusaha untuk mengucapkannya ke dia sepagi mungkin, berharap kalau gue-lah orang pertama yang melakukannya.
“Alian, selamat ulangtahun ya. Semoga apa yang lu harapkan, semuanya tercapai. Aaamiin. :)” itulah kata-kata yang gue kirim ke dia lewat SMS sekitar pukul 00.30 tengah malam.
Gue menunggu, apakah dia bakal ngebalas SMS gue atau enggak. Ternyata, beberapa menit kemudian, ada SMS masuk. Gue ngerasa senang karena SMS gue pun dibalas. Gue buru-buru langsung membukanya.
“Selamat, Anda telah mendapatkan gratis SMS sampai pukul 12 siang nanti.”
Pffttt... Ternyata SMS dari operator. Gue langsung meletakkan ponsel gue di kasur dan memulai untuk tidur. Gue pun jadi pesimistis kalau SMS gue sepertinya bakal gak dibalas olehnya.
Tapi setelah gue mau memejamkan mata. Tiba-tiba ponsel gue bergetar dengan getaran 8 skalarichter. Wow, pertanda apakah ini? Gue langsung membukanya. #Lebay
“Terima kasih banyak ya, Gung.”
Yeah! Akhirnya SMS gue dibalas. Yap, walaupun kata-katanya singkat, tapi gue udah ngerasa senang karena ternyata ucapan gue direspons. Gue pun jadi gak bisa tidur. Eh, ternyata itu disebabkan karena perut gue terasa lapar. Huft.
Di bulan Februari kemarin juga, gue dan teman-teman sekelas berencana untuk jalan-jalan ke Dufan. Sebenarnya, udah direncanain jauh hari, tapi baru terlaksana pada bulan itu.
Gue berharap dengan diadakannya jalan-jalan ke Dufan bersama teman sekelas, gue bisa ketemu dengan Alian. Gue kangen dia saat itu. Akhirnya gue langsung mengirimkan SMS untuk menanyakan apakah dia ikut atau enggak. Ternyata setelah dibalas... DIA IKUT!!! YEAH!!! Apalagi setelah gue tahu kalau Alian ternyata udah jomblo, berarti kesempatan gue untuk ngedekatin dia jadi terbuka lebar. HAHAHA. Gue senang banget. Saking senangnya, gue langsung koprol 25 kali ke depan dan ke belakang di atas kasur, tak lupa ditutup dengan salto. Bercanda deng, gak lebay gitu juga. Hehehe.
Hari H pemberangkatan ke Dufan tiba. Gue berangkat pagi-pagi dari kos dan janjian dengan teman-teman di halte Tranjakarta. Momen seru itu gue ceritain di sini.
Sepulangnya dari Dufan, gue masih sempat ngirim SMS ke Alian dan menanyakan tentang jalan-jalan hari itu. Dia pun bilang kalau hari itu dia ngerasa seru banget. Begitu juga gue, gue juga ngerasa seru dan bahagia karena bisa ngelihat dia lagi setelah sebulan lebih gak bertemu.
Awal Maret tiba, ini berarti durasi liburan semester gue telah habis. Di bulan itu, seperti biasa gue menghabiskannya dengan pergi ke kampus, main game PES (Pro Evolution Soccer) di kosan bareng teman-teman gue yang jomblo, nongkrong di warteg, dan ngelakuin hal-hal seperti mahasiswa lainnya. Tapi seketika hal yang heboh pun terjadi. Ketika gue dan beberapa teman sedang berada di perpustakaan kampus mencari buku untuk mengerjakan tugas, salah satu teman gue, Deny, bilang,
“Gung, coba liat deh! Jangan kaget ya,” Deny memberikan BB-nya ke gue untuk memperlihatkan sesuatu.
Gue pun penasaran, gue terima BB-nya.
“Hah?! Siapa nih lelaki yang di samping Alian?” cukup kaget gue ngomong ke Deny dan menanyakan siapa lelaki tersebut.
“Ini foto profilnya Alian di WhatsApp, Gung. Yang sabar ya. Hahaha.”
“Heemmm...”, gue cuma bisa pasrah dalam keadaan.
“Santai aja, Gung. Belum tentu itu pacarnya Alian, siapa tau gebetannya. Eh. Hahahaha,” Alfan menimpali gue dengan candaan.
Semenjak kejadian itu, gue langsung jadi pesimistis ngedeketin Alian. Gue ngerasa kalau sebaiknya gue jadi temannya aja, gak usah berharap lebih.
Sebulan berlalu begitu cepat.
Di pertengahan April, gue dan beberapa teman diajak senior untuk menghadiri rapat di kampus. Ternyata di rapat tersebut, kami diajak untuk mengikuti acara karnaval di Senayan. Di karnaval yang akan diadakan saat itu, kami diminta untuk menjadi pasukan @si_sableng. Saat itu, admin @si_sableng meminta kami untuk ikut mempromosikan bukunya yang baru terbit. Tau kan @si_sableng? Akun twitter yang punya follower lebih dari 500 ribu itu.
Oke, Hari H yang dinanti pun tiba.
Gue bersama teman-teman dan senior yang lain berangkat pagi-pagi dengan menaikki bus sewaan. Ketika sampai di sana, kami diminta untuk berbaris kemudian mengelilingi area sekitar Senayan. Acaranya seru abis, jadi di sana selain komunitas kami (@si_sableng), ada banyak komunitas lain yang ikut, seperti komunitas Cosplay, Salsa, Zombie, dan masih banyak lagi.
Kedekatan gue dengan Alian pada saat itu juga udah jadi gak dekat banget. Walaupun kami masih bisa bercanda, tapi semenjak Deny ngasih tahu gue kalau dia masang foto WhatsApp berdua dengan lelaki, gue jadi tambah pesimistis untuk ngedekatin dia.
Saat itu gue dibilang mirip kartun yang ada di cover bukunya si_sableng, 'Jombi: Jomblo Bingung'. Entah harus bahagia atau ngenes. -__-
Karnaval pun selesai. Kami pulang dengan sukacita karena udah mendapatkan pengalaman yang seru.
Bulan April telah usai, Mei pun tiba.
Di Mei kemarin, gue dan teman-teman sekelas tiba-tiba kedatangan senior yang memberitahu kami kalau di akhir bulan tersebut, jurusan kami, Bahasa dan Sastra Inggris, akan memperingati ulangtahunnya yang ke-13. Jadi untuk memperingatinya, setiap kelas harus ikut berpartisipasi dalam perlombaan. Kelas yang ikut juga hanya dari semester dua.
Setelah itu, ketua kelas gue, Aliza, menginstruksikan kami untuk ikut membantu perlombaan kelas supaya kelas kami bisa menang. Perlombaannya tuh ada banyak banget, yaitu lomba debat dan pidato yang tentunya harus memakai bahasa Inggris, membuat miniatur, mading, kue ulang tahun yang dihias, lomba drama, pembacaan puisi, lomba kostum, dan band musik.
Berminggu-minggu kami membuat benda-benda yang dilombakan tersebut sepulang dari kampus. Akhirnya, miniatur dan mading pun selesai.
Saat itu, ternyata Alian sedang didekati oleh senior yang satu fakultas dengan kami tapi beda jurusan. Gue juga ngelihat mention-mention mereka di Twitter yang ngebuat gue jadi malas untuk ngebuka timeline Twitter untuk beberapa hari.
Terus foto lelaki yang bareng si Alian di WhatsApp-nya itu siapa dong, Gung?
Ternyata, setelah gue tanya ke Deny lagi, lelaki tersebut adalah teman dekat Alian yang udah dianggap sebagai kakaknya sendiri. Dia dapat informasi tersebut karena nanya langsung ke Alian. Yap, gue ngerasa waktu itu nyerah untuk ngedekatin Alian adalah sikap yang salah. Tapi mau diapain lagi, Alian kini udah didekati senior yang gue rasa memiliki kelebihan dibanding gue. Gue pasrah lagi.
Kembali ke persiapan perlombaan.
Di bagian perlombaan drama kelas kami, salah satu teman gue mempunyai ide untuk menambahkan flashmob di bagian penutupnya. Kalian pada tau flashmob, kan? Bukan, bukan benda untuk menyimpan data dari komputer/laptop itu. Itu namanya flashdisk. Setahu gue, flashmob adalah sejenis tari yang dilakukan beramai-ramai. Udah, itu aja.
Nah, di saat itulah, teman gue yang punya ide itu memilih untuk menampilkan tarian berpasang-pasangan pada pertunjukkan akhir drama kelas kami nanti. Yap, gue terpilih sebagai pasangannya Alian. Gue gak tahu saat itu harus bahagia atau sedih. Bahagia karena gue bisa lebih dekat dengannya atau sedih karena gue tahu kalau dia sedang didekati oleh senior dan bakal ngebuat gue jadi sering ngehabisin air kosan lagi untuk showeran. Ah udahlah, gue pun memilih untuk bersikap biasa aja. Gak mikirin masalah hati dan lebih memilih untuk lebih fokus supaya bisa menampilkan yang terbaik demi kelas gue.
Berhari-hari kami berlatih drama dan yel-yel untuk Hari H nanti. Gue ngerasa saat itu kebersamaan gue dan teman-teman jadi semakin kompak. Yap, gue ngerasa teman-teman yang jarang ngumpul bareng, sejak adanya perlombaan itu, kami jadi sering bersama.
Hari H pun tiba. Di hari pertama, hanya ada lomba kostum sambil berbaris mengelilingi setiap fakultas yang ada di Kampus 1 UIN Jakarta. Setiap kelas meneriakkan yel-yelnya masing-masing, begitu juga kelas kami. Hari itu pun diakhiri dengan suara gue yang udah mulai seperti suara kodok karena habis untuk teriak-teriak.
Jangan takut, kami bukan penganut ajaran sesat!
Di hari kedua, lomba-lomba yang lainnya mulai dilaksanakan. Lomba pidato diwakili oleh Deny; lomba debat diwakili oleh Aliza, Lala, dan Ruli; lomba puisi diwakili oleh gue. Iya, gue. Dengan modal suara gue yang mirip Afgan... kalau lagi pilek, teman-teman gue mempercayai lomba puisi itu ke gue. Oh iya, kemudian lomba drama diwakili oleh hampir semua mahasiswa kelas B, termasuk gue sendiri yang berperan sebagai monster. Kegantengan gue pun hilang seketika. Skenario drama kami dibuat oleh teman gue, Egi, ceritanya tuh tentang kerajaan gitu. Si Egi sebagai pemeran pun melakukan aktingnya dengan baik. Karena gue melihat bakat aktingnya yang begitu keren, gue bilang ke Egi kalau dia tuh cocok banget jadi bintang film. Gue ngerasa kalau dia emang cocok berperan di salah satu film pendekar Indosiar. Tentunya dia berperan menjadi burung Elang Raksasa. Peace, Gi! Hehe.
Hari pertama dan kedua pun telah terlewati. Ini berarti tinggal malam puncak yang tinggal kami hadiri.
Malam puncak tiba. Gue, Deny, Aliza, Alfan, Faiz, dan Acha udah bersiap-siap untuk menampilkan band dari kelas B. Kami pun berangkat ke kampus bersama-sama. Di sana kami langsung masuk dan duduk di ruangan yang udah dihias seperti suasana kapal bajak laut. Iya, tema malam itu adalah PIRATES. Sebenarnya ada singkatan dari kata ‘PIRATES’ itu, tapi gue lupa. Hehehe.
Pengumuman pemenang perlombaan mulai dibacain satu per satu. Setelah pembacaan perlombaan, akhirnya band dari kelas kami dipanggil untuk tampil. Lagu yang kami bawakan adalah dari My Chemical Romance yang “I don’t love you” dan lagu Happy Birthday untuk jurusan kami yang diciptain Aliza. Di atas panggung, kami pun membawakannya dengan maksimal dan ngebuat teman-teman yang menonton di bawah panggung bisa nyanyi bareng. Gue ngerasa kegantengan kami bertambah 69%. Pokoknya keren banget deh.
Di malam itu, gue duduk di samping Alian. Gue perlahan-lahan udah bisa menerima kenyataan. Iya, gue udah bisa nerima kalau dia didekati oleh senior (lagian salah sendiri sih, gak ngungkapin perasaan dari awal). Saat itu gue bisa bercanda dan foto bareng dengannya. Yap, setidaknya gue masih bisa melihat senyumnya yang manis itu dari jarak yang begitu dekat.
Kembali ke malam puncak.
Acara malam puncak pun hampir selesai. Ini berarti pembacaan juara umum akan dibacakan. Oh iya, kelas kami ternyata memenangi banyak perlombaan lho, yaitu lomba miniatur, drama, aktor jomblo terbaik, apalagi ya... gue lupa. Hehe. Pokoknya pas pembacaan juara lomba band, kelas kami yang menjuarainya. Yuhuuu!
“Ya, tibalah saatnya untuk pembacaan siapa kelas yang berhak menjadi juara umum tahun ini. Kalian siap?!” pembawa acara bertanya dengan antusias.
“SIAAAAAAP!!!” penonton membalasnya dengan lebih heboh.
“Oke, langsung aja ya. Juara umum tahun ini adalah... JUARANYA ADAALAAAAH... JU-A-RA-NYA AADALAAAAAAAAAAAAAAAH...”
*3 jam kemudian*
“Kelaaaaaaaaaaassssss... Kelaaaaaaaaaasssssssss... KELAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAASSS... B”.
Gue hening, teman-teman kelas B hening, jangkrik pun juga hening.
“YEEAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHH!!! KIIIIITAAAAAAAAAAAAAAA MENAAAAAAAAAAAAAANG!!!” suara teriakan bahagia kami tiba-tiba menggelegar ke seluruh ruangan yang hampir aja membuat sebagian kaca jendela pecah. Oke, ini lebay.
We are the Champions!
Kami merasa kalau hasil kerja payah kami terbayarkan oleh penobatan juara umum tersebut. Yap, gue dan teman-teman kelas B merasa bahagia banget. Gak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Malam puncak selesai. Sebelum pulang, kami beramai-ramai berkumpul untuk mengucap rasa syukur, kemudian makan kue ulang tahun yang sebelumnya diperlombakan.
It was a beautiful night ever. Damn, I miss the moment so much.
Memasuki bulan Juni ini. Gue mendengar berita dari infotainmen kampus kalau Alian udah jadian dengan senior yang selama ini nge-pedekate-in dia dan telah menghiasi timeline Twitter gue untuk beberapa minggu. Teman-teman dekat gue pun langsung nge-pukpuk-in gue untuk membenarkan kabar tersebut. Padahal, gue sih ngerasa biasa aja. Lagian ini kan masalah hati. Gue gak mau berkata banyak-banyak ah, nanti dibilang galau. *sayup-sayup terdengar lagu Peterpan yang Jauh Mimpiku*
Beberapa minggu kemudian, gue melaksanakan ujian akhir semester dua. Libur panjang telah menanti lagi.
Beberapa hari sebelum gue menulis cerita ini. Di hari sesudah UAS selesai, gue bersama beberapa teman di kelas B juga habis jalan-jalan bareng lagi. Kami jalan-jalan ke Kebun Binatang Ragunan. Kami memutuskan untuk jalan-jalan ke sana karena kami kangen saudara-saudara yang tinggal di dalam kandang merasa kalau Ragunan itu dekat dari kampus.
Kami janjian berkumpul di halte bus depan UIN. Setelah semua yang mau ikut datang, kami segera berangkat.
Sekitar satu jam kemudian akhirnya kami sampai di Ragunan.
Di sana gue bisa ngelihat hewan-hewan yang selama ini sangat gak mungkin untuk gue pelihara di rumah, seperti harimau putih, badak, gajah, jerapah, dan masih banyak lagi. Sesekali gue juga ngegodain gorila yang lagi makan pisang di kandangnya. Sumpah, godaan dari gue ternyata gak direspons. Gorila aja nyuekin gue. Hiks.
Yeee, akhirnya bisa foto sama gorilla!
Kasian, Faiz. Kayaknya gara-gara foto ini dia bakal mengalami jomblo berkepanjangan.
Alian? Kami gak ada masalah kok dan tetap berhubungan baik sampai saat ini, meskipun dia udah punya pac... *ah, males ngelanjutin*
Setelah dari Ragunan, kami memutuskan untuk mampir ke Mal Pejaten Village. Di sana, kami berkaraoke ria sambil joget-joget heboh.
Yap, di sana gue dan beberapa teman kelas menghabiskan hampir sepanjang hari bersama saat itu.
Langit mulai gelap. Matahari terbenam meninggalkan suryanya. Bulan muncul dengan cahayanya yang terang menerangi hati ini yang mulai terasa sunyi. Oke sip, gue kenapa jadi sok puitis gini.
Sehabis maghrib kami memutuskan untuk pulang. Saat itu kami baru menyadari kalau jam segitu adalah waktunya orang-orang pulang kerja.
Di halte Transjakarta, kami hanya bisa menunggu dengan ekspresi muka gue-udah-kangen-kasur-di-kamar. Yap, karena kami merasa menunggu Transjakarta yang penumpangnya sedikit adalah perbuatan yang sia-sia, akhirnya kami jadi menaikki Transjakarta yang menuju ke arah halte sebaliknya, bukan ke halte arah tujuan kami pulang. Berharap Transjakarta yang akan kami naikki bakal sepi penumpang.
Setelah menunggu dengan gak adanya kepastian yang jelas lagi, akhirnya kami menaikki Transjakarta arah Blok M dilanjutkan dengan Metromini arah Lebak Bulus, dan diakhiri dengan menaikki angkot yang menuju kampus UIN.
Ketika di dalam Transjakarta, Metromini, dan angkot, kami masih bisa bercanda-canda. Kami ngerasa masih ada cukup energi untuk menghebohkan suasana. Gue juga masih bisa bercanda dengan Alian, walaupun saat itu gue ngelihat raut mukanya yang udah capek banget.
Hari itu merupakan hari yang melelahkan tapi juga sangat seru.
***
Wah, gak terasa gue udah menulis cerita sepanjang ini. Semoga kalian yang ngebaca gak bosen ya. Walaupun yang gue tulis di atas adalah kebanyakan curhatan pribadi gue, gue harap kalian bisa mengambil segala hikmahnya. Jaaah, udah kayak guru spritual aja.
Tulisan ini gue tujukan juga untuk kalian, teman-teman kelas @ELD_B12. Oke, gue bakal nyebutin satu per satu. Makasih banyak ya untuk Naila Kamalia Rawiyan, Deny Gunawan Susandi, Aliza Cipta Kusuma, Alfan Faisal, Fadli Husein (Babeh), Padel Muhammad, Khairul Alfan, Rahmatullah Basri, Zajran (Acha), Aliffaiz Achmad Iman, Egi Kemal (Sasuke), Anhar Firdaus, Andryastama Ahmad Afwan, Muhammad Abdul Hakam, Anissa Meydi Sawitri, Vani Trivianti, Muyassarah (Mumuy), Mega Silvana, Fitri, Lilik Nur Cholilah, Nita Anistiawati, Siti Fatimah Al-Mukarramah, Denise Sheilla Noumianty, Nurul Shanty Dewantari (Acil), Siti Ulfa, Ruliana Fajrin, Teti Anggriani Dewi Tantu, Yunia Sari, Mita Ekasari, Khalimatul Maulidiyah (Iim), Ranita Sari, Nur Hidayah, Nurlaela Royna Ependi (Lala), Mustika Oktavia (Mutee), Sharfina Shabirahanisa, Maulidia Kamila, dan Rheza Fadli Surya. Iya, tanpa kehadiran kalian di kelas B, gue gak bakal merasakan keseruan dan kehebohan yang telah gue alami selama satu tahun ini. Kalian luar biasaaa!!!
Gambar oleh @padelmuha
Semoga di semester yang akan datang, kita masih bisa merasakan keseruan lainnya dan bisa lulus kuliah tepat waktu. Aaamiiin.
Umm... khusus untuk Alian (yang belum tahu siapa Alian, cari tahu sendiri aja ya! Haha). I just wanna say, “When I see your smile, I see happiness. Your smile always makes me happy”.
Sebelum gue menutup cerita kali ini, gue ingin menyanyikan theme song dari kelas B:
We are The B, The Best, The Brave, The Brilliant
We will never give up!
We are The B, The... (Ya ampun, gue lupa liriknya. Maafkan aku teman-teman. Hiks)
We will never give up!
Yeah!